Kekudusan Jemaat

Tuhan menghendaki agar jemaat Kristus kudus (Ef. 5:27), sebab Dia kudus (I Pet.1:16). Kekudusan jemaat Kristus adalah faktor utama yang Tuhan dambakan dari tubuhNya. Kudus artinya terpisah dari dosa/kecemaran. Kekudusan jemaat dapat dilakukan dengan menerapkan “Separasi (Pemisahan)” dan “Disiplin” jemaat :

  1. Separasi (Pemisahan) Jemaat
  1. Secara Jemaat
  1. Terhadap keyakinan atau ajaran agama lain. Jemaat lokal harus memisahkan diri dari persekutuan dengan ajaran agama apapun (II Kor. 6:15-16).
  2. Terhadap jemaat lokal lain yang berbeda ajaran. Tubuh Kristus bersatu dalam kebenaran bukan dalam kesesatan (Yoh.17:22). Jemaat lokal tidak bersekutu dengan jemaat yang berbeda ajaran.
  3. Terhadap pemerintah. Jemaat sebagai warga negara yang baik, taat pemerintah (tertib dan bayar pajak) Rom.13:1. Tetapi dalam hal kepercayaan, negara tidak boleh mencampuri iman jemaat.
  4. Terhadap bantuan. Jemaat lokal membiayai sendiri kebutuhan pelayanan jemaat. Jemaat lokal tidak menerima bantuan dari pemerintah, agama lain atau dari jemaat lokal lain yang berbeda ajaran (3 Yoh.1:7; Ams 21:27). Ini bukan soal “menolak kebaikan hati orang lain”, tetapi ini mengenai ajaran yang harus diterapkan jemaat. Jemaat lokal hanya menerima bantuan dari jemaat lokal lain yang satu ajaran (Roma 15:26).
  1. Secara Pribadi
  1. Terhadap pertemanan yang buruk. Orang percaya sebagai ciptaan baru harus menjauhkan diri dari pergaulan yang jahat (I Kor. 15:33). Dia harus menyadari bahwa imannya yang benar itu dapat terkikis oleh pergaulan yang buruk.
  2. Terhadap kecemaran pribadi.

Orang percaya masih bisa jatuh dalam dosa karena itulah Tuhan perintahkan agar mengejar kekudusan (Ibr.12:14). Orang yang telah dilahirkan kembali tidak mungkin memiliki candu.

  1. Disiplin jemaat (Ibrani 12:10)

Kekudusan jemaat lokal dapat dipertahankan, jika jemaat menerapkan disiplin terhadap anggota yang melanggar aturan. Jemaat lokal memiliki aturan untuk ditaati, sebagaimana sebuah keluarga atau negara memiliki aturan untuk dilakukan bersama, demikian juga halnya dengan jemaat Kristus.

Jemaat lokal yang kudus menerapkan disiplin bagi jemaat yang melanggar aturan jemaat (I Kor.5:5,8). Bahkan Tuhan mendisiplin orang yang Dia akui sebagai anak (Ibr.12:6-8), orang yang tidak didisiplin Tuhan, adalah anak gampangan.

Angota jemaat yang tidak menerima pendisiplinan dari jemaat biasanya adalah orang percaya yang tidak mau dididik dengan benar. Sikap seperti ini mencemari kekudusan jemaat, karena itulah orang seperti ini harus dikeluarkan dari keanggotaan jemaat.

Agar kekudusan tubuh Kristus dapat dijaga dengan baik, sebaiknya jumlah keanggotaan dalam jemaat lokal dibatasi, agar gembala dapat mengenal dan memperhatikan semua anggota jemaat. Prinsip penggembalaan harus diterapkan “Gembala mengenal jemaat dan jemaat mengenal gembala”.

Ada beberapa ajaran-ajaran yang merusak kekudusan jemaat lokal secara progresif, beberapa diantaranya:

  1. Baptisan Bayi

Salah satu ajaran yang merusak kekudusan jemaat yang paling tua adalah baptisan bayi. Ajaran ini percaya bahwa baptisan dapat menyelamatkan.

Ajaran baptisan bayi menyebabkan:

  • Penganiayaan terhadap orang percaya. Sejarah mencatat, jutaan orang percaya mati dibunuh karena tidak percaya akan ajaran baptisan bayi. Anehnya, orang Kristen sekarang menganggap enteng perihal kesesatan baptisan bayi ini.
  • Menghasilkan orang Kristen tanpa pertobatan. Orang-orang seperti ini merasa sudah diselamatkan sejak bayi. Tetapi, kalau mereka jujur dapatkah bayi bertobat? Apakah bayi bisa percaya? Tahukah bayi mengapa dia dibaptis? Jawaban atas ketiga pertanyaan itu adalah, TIDAK! Lalu, atas dasar apa mereka tetap berpegang pada hal itu?
  • Membuat orang masuk neraka. Baptisan dipercaya dapat menyelamatkan karena itulah bayi dibaptis agar mereka selamat jika mereka mati sebelum dewasa. Tetapi ini tidak benar, karena baptisan tidak nyelamatkan siapapun, baptisan adalah tanda pertobatan (Mat.3:11) bukan syarat seseorang diselamatkan.
  1. Doa orang bertobat

Doa singkat (Quick Prayerism) “orang bertobat” yang diajarkan oleh banyak pengkhotbah, ditulis dalam buku-buku penginjilan adalah ajaran yang merusak jemaat, karena selain tidak ada praktek seperti itu dalam Alkitab, hal ini juga sedang memberi harapan palsu pada orang yang hanya sekedar ikut-ikutan saja.

Praktek (Quick Prayerism) doa singkat orang bertobat ini dipelopori oleh mereka yang berpandangan “bertobat dan percaya Tuhan Yesus itu mudah”. Bertobat cukup dimulut saja tanpa perlu pembuktian terhadap jemaat. Cukup ikuti doa yang diucapkan oleh pembimbingnya, maka Anda sudah selamat. Praktek doa singkat yang sifatnya hafalan dan ikut-ikutan ini merusak kekudusan jemaat lokal.

  1. Easy believism

Ajaran ini (Easy belivism) dapat kita sebut sebagai Iman gampangan. Mereka mengajarkan percaya itu mudah. Kerena beriman itu mudah maka, saat seseorang berkata dia percaya Tuhan Yesus, orang itu sudah boleh dianggap orang percaya dan boleh dibaptis dan masuk menjadi anggota jemaat lokal, tanpa harus dibuktikan dahulu imannya.

Pengakuan percaya yang belum dibuktikan lewat tindakan iman seperti itu menghasilkan: anggota jemaat yang masih candu “sesuatu”, datang berjemaat jika lagi dalam suasana hati senang, tidak rela berkorban (kikir), tidak tunduk, intinya orang yang belum lahir kembali menjadi anggota jemaat.

Pengakuan percaya seseorang haruslah dibuktikan oleh tindakan iman yang dapat dilihat oleh jemaat, setelah itu dia boleh diterima menjadi anggota jemaat. Jemaat-jemaat lokal Perjanjian baru membuktikan iman mereka saat percaya Yesus, melalui tekanan dan penganiayaan dari kaum Yudaisme dan kaum pagan Romawi.

Inilah ketiga ragi (ajaran yang merusak) yang mengkhamiri kekudusan Jemaat lokal. Penyusupan ragi ini semakin halus saat makin lihainya si Iblis dalam hal menyusup masuk untuk merusak kekudusan jemaat. Dari ketiga ragi di atas, tujuannya hanya satu yaitu memasukkan orang yang belum lahir kembali (belum kudus) ke dalam jemaat.

Beberapa gembala jemaat berkata, hanya 70% jemaatnya yang akan masuk sorga, yang lain menyebut 60% dan gembala lain menyebut 80% dari jemaatnya yang sudah lahir kembali sementara yang belum lahir kembali 20%.

Apakah para gembala ini tahu pokok permasalahan mereka? Siapa yang mengizinkan seseorang menjadi anggota jemaat? Tentu saja mereka. Lalu mengapa mengijinkan yang 20% itu menjadi jemaat, padahal mereka tahu mereka belum kudus (belum lahir kembali).

Di sinilah akar permasalahannya. Jemaat lokal sekarang tidak peduli dengan kekudusan jemaat, mereka hanya sibuk dengan jumlah jemaat, padahal yang paling Tuhan inginkan adalah kekudusan jemaat-Nya. Cara untuk memutuskan ragi itu adalah dengan menjauhkan ajaran baptisan bayi, doa singkat yang ikut-ikutan dan kepercayaan gampangan, dari jemaat lokal.

Jemaat Kristus Alkitabiah

Ditulis oleh:

Ranto Vaber Simamora

Pendapat Anda:

Loading Disqus Comments ...
Loading Facebook Comments ...

Tinggalkan Balasan