Kotbah dengan Menyatakan Kesalahan dan Menegor

saduran: https://www.wayoflife.org/reports/preach_the_word_with_reproof_and_rebuke.php

2Timotius 4:2 Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran. 4
(kjv: Kotbahkanlah Firman)

  • Nyatakanlah apa yang salah, ini berasal dari kata Yunani elegcho, yang berarti membantah, menegor, menyangkal, mengekspos. Di tempat lain diterjemahkan meyakinkan (Yohanes 8:9), membuktikan (Yohanes 8:46), tegor (Matius 18:15). Artinya, menunjukkan kesalahan manusia dan menunjukkan jalan yang benar sesuai Firman Tuhan.
  • Ini adalah tugas yang sangat sulit, karena manusia pada umumnya tidak suka dinyatakan kesalahannya. Tanggapan umum manusia terhadap tegoran adalah menjadi tersinggung dan tersandung dan menyerang orang yang menegornya.

Kotbah dengan Menegor.

  • Menegor berasal dari kata Yunani epitimao, yang terdiri dari kata epi dan timao (evaluasi), artinya mengajukan tuntutan, mengecam, melarang. Ini juga diterjemahkan “menegor” (Markus 10:48).
  • Nyatakan yang salah dan menegor adalah hal yang hampir sama. Keduanya memperbaiki, memperingatkan, mengecam, mengekspos dosa dan kesalahan. Hal ini diulang karena ini sangat penting.
  • Menegor menyiratkan adanya tanggung jawab pengkotbah untuk menghakimi berdasarkan Firman Tuhan mengenai kondisi orang yang dia kotbahkan. Teriakan populer masa kini adalah “jangan menghakimi,” tetapi kutipan ini dari Matius 7:1 sembarang dicomot di luar konteks untuk mengartikan Allah tidak mau kita menghakimi dosa dan doktrin, ini adalah kesalahan besar. Dalam Matius 7:1-5, Kristus memperingatkan akan kemunafikan; Dia tidak mengaakan orang percaya tidak dapat menghakimi apapun. Bagian lain dalam Perjanjian Baru, orang percaya dituntut untuk menghakimi dosa dan doktrin (misalnya, Yohanes 7:24; 1Korintus 6:2-3; 14:29; 2Korintus 11:3-4; Efesus 4:14; 5:11; Kolose 2:8; 1Yohanes 4:1) Dalam 2Timotius 4:2, pengkotbah diperintahkan untuk menghakimi dan menyatakan apa yang salah dan menegor. Dalam hal ini pengkotbah tidak sedang menghakimi semena-mena menurut pendapat sendiri, tetapi dia menghakimi menurut Firman Tuhan.
  • Kotbah Alkitabiah menuntut konfrontasi. Pengkotbah harus menghadapi orang dengan klaim Allah yang memiliki hidup mereka. Kotbah Alkitabiah mengandung unsur “serangan.”
  • Kotbah harus menyatakan apa yang salah pada manusia dan menegor kesalahan mereka.
  • Kotbah harus memanggil orang kepada pertobatan.
  • Perhatikan Allah memulai perintah dengan aspek negatif kotbah (menyatakan yang salah, menegor). Menurut manusia, pengajaran dan nasihat harusnya di dahulukan sebelum menyatakan yang salah dan menegor, tetapi Allah menempatkan kedua hal negatif ini lebih dahulu. Keduanya diutamakan untuk menekankan pentingnya menyatakan kesalahan dan menegor. Ini perlu di dahulukan dalam kotbah. Hal ini adalah aspek yang tersulit. Kotbah masa kini lembut dan semakin lembut. Sangat sedikit pengkotbah yang menegor dengan tegas. Pengkotbah Baptis Selatan, Ed Stetzer adalah contoh yang umum dan tidak benar, dia mengatakan, “Saya selalu percaya kamu bisa mendapatkan hasil yang lebih baik dengan mencari dan memuji aspek positif daripada aspek negatif” (“5 Positive Trends in Today’s Worship Music,” Christianity Today, Jan. 9, 2019).
  • Menegor adalah pelayanan yang sangat sulit dan membutuhkan keberanian dari Allah. Takut akan Tuhan harus melampaui takut akan manusia. Kasih akan Allah dan jiwa manusia harus melampaui diri sendiri.
  • Menegor adalah menjadi serupa Kristus. DIA menegor orang Yahudi yang tidak percaya (Matius 12:34; Lukas 11:29), Farisi (Matius 23:13-35), Petrus (Markus 8:33), murid-murid dalam perjalanan ke Emaus (Lukas 24:25), dan ketujuh jemaat (Wahyu Pasal 2-3).
  • Menegor adalah tindakan kasih Kristiani. Kristus mengatakan, “Barangsiapa Kukasihi, ia Kutegor dan Kuhajar; sebab itu relakanlah hatimu dan bertobatlah!” (Wahyu 3:19). Alkitab mengatakan orang tua yang tidak mendisiplinkan anak-anak berarti tidak mengasihi mereka (Amsal 13:24), hal ini juga berlaku dengan pengkotbah.
  • Ketika pengkotbah melakukan tugas ini, seringkali dia dicap tidak mengasihi dan Farisi, tetapi ini adalah fitnah. Hal ini disebabkan ketidak-mengertian kotbah yang Alkitabiah dan pentingnya koreksi. Pengkotbah yang menyatakan kesalahan dan menegor dengan kasih adalah menjadi seperti Kristus dan sama sekali tidak seperti Iblis yang senang dengan orang yang dalam kesalahan.
  • Menyatakan kesalahan dan menegor berarti pengkotbah tidak menyerah untuk mengkoreksi dosa dan kesalahan. Dia tidak akan membiarkannya ataupun mengabaikannya; dia tidak hanya menegor satu-dua kali untuk melegakan hatinya dan kemudian membiarkan orang hidup semaunya. Dia tidak akan sepertii nabi Eli yang membiarkan anak-anaknya menjadi jahat. Eli hanya menegor saja tetapi tidak melakukan tindakan disiplin yang perlu (1Samuel 2:22-25). Eli membiarkan mereka sebagai imam dan terus menrusak pekerjaan Allah.
  • Agar efektif, tegoran harus jelas dan terus terang. Tegoran tidak boleh samar-samar. Semua pengkotbah Alkitab berbicara jelas dan terus terang. Mereka mengutuk dosa dengan jelas; mereka menegor kesalahan tanpa ragu. Perhatikan bagaimana Paulus menjelaskan pengajar palsu. Dalam 1 dan 2 Timotius saja, dia menunjuk nama-nama guru palsu dan yang kompromis 10 kali (1Timotius 1:20; 2Timotius 1:15; 2:17; 3:8; 4:10, 14). Perhatikan penjelasan Petrus mengenai guru palsu (2Petrus 2). Perhatikan bagaimana Yakobus menegor keduniawian (Yakobus 4:4). Perhatikan kotbah Henokh dalam Yudas 14-16, dengan keras dia mengulang kata fasik dan nista dalam kalimat yang jelas dan tegas.
  • Pengkotbah Alkitabiah tidak akan menutup mata terhadap dosa, ketidaksetiaan, suam-suam kuku (misal, yang tidak setia berjemaat atau membantu di gereja, pemuda yang mengasihi keduniawian, mengabaikan Firman Tuhan karena malas mempelajari Alkitab, mengabaikan tugas keluarga).
  • Tegoran bisa dalam berbagai bentuk tergantung pada karakter dan kondisi orang. Tegoran bisa halus dan bisa tajam (Titus 1:13). Begitu pula dengan pendisiplinan anak. Pendisiplinan harus sesuai dengan karakter dan tindakan anak dan pesan harus sesuai dengan karakter dan tindakan gereja.
  • Tegoran bertentangan dengan filosofi dunia masa kini yang berfokus pada positif. Ini bertentangan dengan pengajaran relativis, prinsip jangan menghakimi yang mendominasi gereja dan dunia umumnya. Tegoran bertentangan dengan psikologi humanis yang ingin membangun percaya diri. Robert Schuller mengatakan bahwa Kekristenan “harus berhenti menjadi agama negatif dan harus menjadi positif” (Self-Esteem: The New Reformation, p. 104). Dia mengatakan, “Saya tidak pernah berhak mengkotbahkan atau menulis artikel yang menyinggung harga diri pendengar atau pembaca.” Tegoran bertentangan dengan Injili Baru yang menghindari “urusan pribadi.”
  • Pengkotbah memperlembut pesan agar cocok dengan mood kompromi dan keduniawian yang berkembang masa kini. Seringkali anggota jemaat terpengaruh dengan Injili Baru melalui radio, literatur, dan internet dan menjadi terbiasa dengan kotbah yang lembut. Tanpa disadari mereka beradaptasi dengan filosofi “jangan negatif.” Mereka tidak ingin mendengar kotbah yang menentang musik rock, pengaruh jahat televisi dan video games dan sosial media yang tidak sehat. Mereka tidak senang ketika pengkotbah memperingatkan mengenai pemimpin gereja yang salah. Sehingga banyak pengkotbah mundur dan tidak mengajarkan atau memperingatkan hal-hal ini.
  • Tegoran adalah mencontoh teladan pengkotbah Alkitab: Henokh (Yudas 14); para nabi (Yeremia 23:1-2; Yehezkiel 23:2-4); Yohanes Baptis (Matius 3:7-8); Tuhan Yesus sendiri (Matius 16:23; 23:13-33; Lukas 24:25; Matius 17:17); Paulus (2Timotius 3:6; 1Timotius 5:8, 13), Yakobus (Yakobus 4:4); Petrus (2Petrus 2;1-3); Yudas (Yudas 1:4)
  • Tegoran mengikuti contoh teladan pengkotbah masa lalu. Martin Luther menyebut Paus sebagai antikristus dan “segala ketidaksopanan, hujat, kedunguan, kelancangan, kemunafikan dan kebohongan.” John Knox menunjuk Ratu Mary Skotlandia menerbitkan artikel Terompet pertama melawan Regim Monster Wanita, mengatakan pemerintahan wanita bertentangan dengan Alkitab. Charles Spurgeon menunjuk Baptist Union, “gaya loyo dan kata-kata yang menjijikkan” di mimbar. Gilbert Tennent dalam sinode Presbyterian dengan keras memperingatkan banyak pengkotbah yang tidak dilahirbarukan dan menyebut mereka “orang munafik busuk dan orang asing terhadap keselamatan Allah dan hati nurani mereka sendiri” (Joseph Tracy, The Great Awakening, 1842). Mereka semua masuk dalam kesulitan besar dalam pelayanan tegoran mereka.
  • Menyatakan kesalahan dan menegor sangat penting untuk keyakinan rohani. Kotbah lembut mendorong dosa. Pengkotbah yang kompromi dan lembut bertanggung jawab atas menurunnya kekudusan dalam jemaat. Dalam masa Yeremia, pengkotbah lembut telah merusak bangsa karena mereka tidak menegor dosa mereka. Baca Yeremia 23:15, 21-22.
  • Keberanian dan keteguhan ini sama sekali tidak dikenal dalam banyak denominasi atau kongres Baptis, GBIA dan sangat jarang dalam Baptis Fundamental. Protes sudah lama ditinggalkan oleh Protestan dan banyak fundamentalisme sudah ditinggalkan oleh fundamentalis. Kotbah dalam gereja alkitabiah semakin lembut setiap dekade. Banyak orang menulis kepadaku menjelaskan penurunan dalam kotbah. Sebagai contoh, “masalah lain adalah saya melihat gereja tidak lagi mengkotbahkan dan mengajarkan mengenai neraka dan hidup bergaul dengan Tuhan. Pada tahun 50an ketika saya anak-anak, suasana penuh dengan kotbah api neraka. Ini mengajarkan saya takut yang benar dan menghormati Allah Yang Kudus tidak hanya mengasihi dan mengampuni, tetapi juga Allah Yang Adil yang akan menghakimi saya. Saya lihat kita semakin menerima filosofi duniawi dalam gereja dari pada yang mau diakui.” “Gereja harus berkotbah lebih keras melawan toleransi dalam rumah dalam hal media, pakaian, pergaulan dan bahasa. Berdiri teguh dalam standar Alkitab dan Kebenaran.”

Pendapat Anda:

Loading Disqus Comments ...
Loading Facebook Comments ...

Tinggalkan Balasan