terjemahan https://www.wayoflife.org/reports/seven_principles_in_training_godly_chrildren.html
Artikel oleh Pastor David Sorenson ini berdasarkan bukunya Melatih Anakmu Menjadi Baik. Gereja-gereja harus membeli banyak buku yang bagus ini. Buku ini bisa dipesan dari Northstar Ministries, 1820 W. Morgan St., Duluth, MN 55811, 218-726-0209, www.northstarministries.com, [email protected].
I. Pentingnya Firman Allah
Jika ada suatu kebenaran dasar yang umum dalam melatih anak menjadi saleh, itu adalah pentingnya membangun dasar Firman Allah dalam kehidupan mereka. Ini sangat benar untuk semua orang lahir baru dan juga termasuk anak-anak dari jemaat Allah. Saya takutkan bahwa orangtua Kristen bergantung kepada media Kristen, guru sekolah minggu, program pemuda gereja, dan sekolah Kristen untuk melatih anak mereka menjadi saleh. Semua ini sangat baik dan bisa sangat membantu; tetapi, dasar utama kehidupan saleh sering hilang dari kehidupan anak-anak dan pemuda dari jemaat Allah. Dasarnya adalah penyerapan Firman Allah setiap hari.
Seorang pemuda dari keluarga Kristen bisa saja sekolah di sekolah Kristen atau home-schooling dengan kurikulum yang baik, setia mengikuti sekolah minggu dan program gereja, ikut kamp gereja, dan tetap kedagingan, memberontak dan duniawi. Atau lebih seringnya, mereka hanya suam-suam kuku dan mengikuti arus saja, tetapi tidak ada pertobatan yang rohani didalam hati mereka. Sebabnya hanya satu dan sangat sederhana. Mereka tidak mendalami Firman Tuhan setiap hari.
Hanya sedikit perbedaan antara pemuda atau orang yang sudah dewasa. Tanpa konsumsi Firman Allah setiap hari, setiap orang percaya bisa menjadi semakin kedagingan dan semakin duniawi. Allah mengatakan kepada Yosua ribuan tahun lalu,
Yosua 1:8 Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung
Dasar pemikiran dan janji ini tidak pernah batal. Jika seorang pemuda, atau siapapun juga, memenuhi pikirannya dengan Firman Allah hingga meresap kedalam hatinya, ini akan merubah perilakunya.
Itulah sebabnya dahulu pemazmur menulis, “Dalam hatiku aku menyimpan janji-Mu, supaya aku jangan berdosa terhadap Engkau.” (Mazmur 119:11). Pemikirannya disini bukan hanya sekadar menghapal ayat Alkitab saja, tetapi memenuhi pikirannya dengan Firman Allah sampai meresap kedalam hati. Ketika hal ini terjadi, orang tidak ingin berdosa terhadap Allah. Keinginannya sudah berubah.
Sebagai seorang pastor, saya mengamati anak-anak dari keluarga Kristen di sekolah Kristen atau home-schooling. Orang tua mereka memastikan mereka menghadiri setiap pelayanan dan pekerjaan pemuda dalam gereja. Tetapi anak-anak ini tetap saja memberontak, kedagingan dan duniawi. Mengapa? Karena mereka tidak meresapi Firman Allah dengan baik. Sesederhana itu.
Berikut adalah lima tips praktis untuk orang tua Kristen untuk mengarahkan anak-anaknya dalam pembacaan Alkitab yang bermakna.
1. Mulai dari kecil. Ketika anak-anak kami kecil, kami mengajarkan untuk membaca Alkitab saat mereka mulai belajar membaca. Waktu yang singkat, tetapi mereka terlambat masuk TK.
2. Rencana baca. Alkitab adalah buku yang luas, bahkan untuk orang dewasa. Ketika anak-anak kami kecil, kami ajarkan membaca surat 1 Yohanes karena kalimat dan kosa kata yang sederhana (KJV dalam bahasa Inggris). Kami ajarkan membaca hanya satu atau dua ayat sehari. Ketika masuk SD, pembacaan harian mulai berkembang menjadi satu pasal sehari dan ketika mereka SMP, kami ajarkan membaca empat pasal sehari. Ini adalah jumlah minimal untuk selesai membaca Alkitab dalam setahun. Secara garis besar kami merencanakan pembacaan untuk mereka.
3. Berikan insentif. Ketika anak-anak masih kecil, kami siapkan bagan di tempelan kulkas dan ketika mereka membaca Alkitab setiap hari, mereka menerima satu bintang pada bagan setiap hari. Jika mereka setia membaca dan mengisi bagan selama beberapa minggu atau sebulan, kami rencanakan penghargaan khusus untuk mereka.
4. Terapkan kebijakan. Kami memastikan anak-anak membaca Alkitab setiap hari sesuai yang ditugaskan. Pertanyaan yang sering terdengar di meja sarapan adalah “Sudahkah kamu membaca Alkitab pagi ini?” Walaupun mereka bertumbuh melampaui bagan dan bintang di kulkas, kami terus menanyakan mereka sepanjang masa remaja.
5. Lakukan karena ini benar. Sambil bertumbuh melampaui tahap mereka membutuhkan sedikit insentif, kami beralih pada filosofi membaca Alkitab hanya karena ini benar. Sementara kami membangun prinsip kebenaran, akan mudah membaca Alkitab setiap hari dengan prinsip kebenaran. Benar, sangat benar untuk didalam Firman Allah setiap hari.
II. Prinsip Kebenaran.
Prinsip dasar kedua dalam kehidupan Kristen dan juga untuk melatih pemuda Kristen, adalah dalam kebenaran. Alkitab penuh dengan konsep dan referensi kebenaran. Ada sekitar 1300 referensi tentang kebenaran dalam Alkitab dalam berbagai bentuk dan maksud. Bisa dirata-ratakan satu referensi per pasal. Tuhan merujuk kepada Yesus Kristus Yang Adil dalam 1 Yoh 2:1. Dalam Maz 11:7 “Sebab TUHAN adalah adil dan Ia mengasihi keadilan; orang yang tulus akan memandang wajah-Nya.” (adil/keadilan dalam KJV: righteous, righteousness = kebenaran).
Sangat banyak yang bisa dinyatakan disini, tetapi jika orang ingin menjadi seperti Kristus, dia harus membangun prinsip dan praktek kebenaran dalam kehidupan sehari-hari. Sederhananya adalah melakukan apa yang benar sebagai prinsip, sebagai praktek dan sebagai keyakinan hidup. Membangun prinsip kebenaran mempunyai dampak yang mendalam. Apapun tindakan, perkataan dan sikap kita dapat dijabarkan dalam pertanyaan sederhana, “Apakah ini benar?” Jika hal ini tidak benar maka segera diputuskan. Saya tidak akan melakukannya. Jika ini benar, saya akan melakukannya. Sederhana, kan?
Sebagai contoh, perhatikan teguran klasik di Efesus 6:1, “Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena haruslah demikian.” (KJV: karena ini yang benar). Pedoman ini agar anak-anak mentaati orang tua. Tetapi disini ada alasan yang mendasar — karena ini yang benar. Pendisiplinan pribadi adalah melakukan apa yang benar adalah intisari karakter Kristiani. Pemuda yang dilatih melakukan yang benar terlepas dari apapun, akan membuat ketaatan pada otoritas menjadi mudah. Ini sejajar dengan berjalan dalam Roh. Inilah intisari menjadi semakin seperti Kristus.
Perhatikan empat cara menanamkan konsep kebenaran kedalam segala hal dalam karakter anak-anak kita.
1. Ajarkan kebenaran sebagai pedoman. Selama anak-anak bertumbuh besar, kami sering dan secara rutin mengajarkan mereka “Kita selalu melakukan apa yang benar.” Apakah mereka (atau kita) selalu melakukan yang benar? Tidak. Tetapi mereka semakin cenderung dipengaruhi oleh pendirian ini. Dalam renungan harian di meja makan, kami seringkali membuka rujukan tentang kebenaran dalam Alkitab dan menjadikan sebagai topik renungan hari itu. Anak-anak secara alami cenderung melakukan apa yang ingin mereka lakukan dan bukan apa yang seharusnya dilakukan. Ketika ada penolakan “Saya tidak mau” atau “tapi saya mau …” muncul, itu menjadi waktu untuk mengajarkan apa yang seharusnya dilakukan (yaitu, melakukan yang benar) daripada melakukan yang kita inginkan. Filosofi dunia, kedagingan dan tipudaya adalah melakukan apa yang kita inginkan. Menjadi seperti Kristus adalah melakukan apa yang benar atau melakukan yang seharusnya. Ajarkan anak-anak untuk melakukan apa yang seharusnya dan bukan apa yang mereka inginkan.
2. Menerapkan prinsip kebenaran. Tidak ada batasan penerapan prinsip kebenaran. Ketaatan pada orang tua adalah sangat penting — karena ini yang benar. Merokok tidak benar. Musik rock tidak benar. Berkata jujur adalah benar. Membaca Alkitab setiap hari adalah benar. Kelakukan buruk adalah tidak benar. Mencuri tidak benar. Hampir semua anak-anak mengerti prinsip dasar benar dan salah. Menghubungkan standar perilaku dasar dengan kesederhanaan melakukan apa yang benar sangat mempermudah anak-anak mengerti apa yang diharapkan. Lebih dari itu, seluruh masalah tingkah laku dan sikap secara langsung berhubungan dengan pedoman dasar Alkitab melakukan apa yang benar.
3. Mengajarkan dengan contoh. Peribahasa as much is caught as is taught. Sangat jelas yang yang tertangkap (terlihat dilakukan) lebih mempengaruhi daripada apa yang diajarkan. Perkataan kita berbicara, perbuatan kita berbicara; tetapi perbuatan kita berbicara lebih keras daripada perkataan kita. Sunnguh, apa yang kita lakukan berbicara lebih keras daripada perkataan kita. Ketidakkonsistensi orang tua akan menghasilkan pemberontakan lebih daripada hal lain. Sebaliknya, konsistensi teladan akan lebih mempertegas apa yang kita katakan lebih dari apapun. Jika kita mengajarkan anak-anak bahwa tidak baik menonton acara TV yang kasar tetapi kita lakukan sendiri, kita menciptakan kekusutan kebingungan dari apa yang sudah kita coba ajarkan. Jika kita mengajarkan anak-anak bahwa setia kepada hal ilahi adalah benar tetapi kita tidak ke gereja saat acara camping atau golf, kita telah mengacaukan pengajaran kita sendiri. Teladan yang konsisten dengan kehidupan yang benar adalah alat yang sangat kuat dalam melatih anak-anak melakukan hal yang sama.
4. Ajarkan kebenaran sejak dini dan terus menerus. Sejak anak-anak cukup besar untuk mengerti perkataan, mulai tanamkan prinsip kebenaran. Terus tanamkan sepanjang hidup mereka. Walaupun kita sebagai orang tua ataupun anak-anak tidak pernah bisa terus benar dalam dunia ini, tetapi ajarkan sebagai prinsip dan praktek adalah benar. Beberapa puluh tahun lalu, Dr. Bob Jones Sr menuliskan,
“Lakukan yang benar sampai bintang jatuh, Lakukan yang benar sampai panggilan terakhir, Lakukan yang benar walaupun berdiri sendiri. Lakukan yang benar waktu kamu sendiri. Lakukan yang benar walaupun tidak pernah diketahui. Lakukan yang benar karena kamu mengasihi Tuhan, Lakukan yang benar, Lakukan yang benar!”
Filosofi ini sangat kuat dan alkitabiah. Sangat penting dalam membangun pemuda Kristen yang saleh.
III. Prinsip Disiplin
Hudson Taylor pernah berkata, “orang yang tidak disiplin tidak akan pernah berarti apapun dalam pekerjaan Allah.” Kenyataannya, orang yang tidak disiplin tidak akan pernah berarti banyak dalam bidang kehidupan apapun. Ada kebutuhan besar untuk pendisiplinan diri. Pendisiplinan diri adalah memaksa saya melakukan apa yang seharusnya saya lakukan. Ini sangat berhubungan erat dengan prinsip kebenaran. Hal yang satu mengikuti yang lainnya. Kebenaran adalah melakukan apa yang seharusnya saya lakukan. Pendisiplinan diri adalah memaksa saya sendir melakukan apa yang seharusnya. Kenyataannya, definisi sederhana dari karakter Kristiani adalah pendisiplinan diri untuk melakukan apa yang benar.
Masalah setiap anak adalah kelahirannya dengan sifat alami berdosa. Sifat berdosa bekerja berdasarkan nafsu kedagingan. Kedagingan adalah merujuk kepada sifat alami lama yang berdosa dan modus operasi dasarnya adalah nafsu. Dalam berbagai bentuk dasarnya adalah keinginan atau kemauan. Anak-anak lahir dengan sifat alami berdosa yang ditandai dengan kepentingan sendiri, kemauan sendiri dan kepuasan sendiri. Hasilnya adalah semua anak-anak alaminya egois, malas dan mementingkan diri sendiri. Sifat lama hidup untuk kesenangan diri sendiri.
Dalam 1Kor 9:25, Alkitab mengatakan, “Tiap-tiap orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya dalam segala hal.” Sebagian dari buah Roh adalah penguasaan diri (Gal 5:23). Dalam bahasa Inggris, temperance (penguasaan diri) pada dasarnya berarti pendisiplinan diri. Dalam ruang lingkup yang lebih luas dalam pembangunan karakter, adalah mendorong diri sendiri melakukan apa yang seharusnya daripada apa yang kita ingin lakukan. Jika seorang anak akan membangun karakter Kristiani yang kuat, hidupnya harus dibangun dalam melakukan apa yang seharusnya daripada melakukan apa yang diinginkan.
Ada sejumlah kebajikan rohani yang sangat berhubungan dengan hidup yang disiplin. Kita perhatikan beberapa hal.
Kerajinan. Kata kerajinan ditemukan didalam PL dan PB. Maknanya adalah cermat melakukan apa yang seharusnya. Kenyataannya, maknay sebenarnya adalah segera melaksanakannya. Kata lawannya adalah penundaan. Ini berhubungan dengan ketepatan (waktu.) Semua ini kembali kepada konsep dasar memaksa diri sendiri untuk melakukan yang seharusnya, yaitu disiplin diri.
Kesetiaan. Apakah itu setia dalam pelayanan gereja, setia dalam pembacaan Alkitab setiap hari, setia berdoa, ataupun setia dalam pelayanan Kristiani, pendisiplinan diri adalah tepat dibawah permukaannya. Mungkin saya tidak “merasa” ingin bangun pagi untuk membaca Alkitab, tetapi pendisiplinan diri mendorong saya melakukannya. Mungkin saya tidak “ingin” menghadiri pertemuan gereja, tetapi pendisiplinan diri memaksa saya melakukan yang seharusnya. Mungkin saya tergoda untuk melalaikan tugas pelayanan Kristiani, tetapi pendisiplinan diri memacu saya untuk setia dalam pelayanan. Kristen yang dangkal melakukan apa yang ingin mereka lakukan. Kristen yang dewasa melakukan apa yang seharusnya mereka lakukan.
Pendidikan. Disiplin adalah juga faktor utama dalam proses pendidikan. Si Johnny kecil mungkin tidak merasa ingin melakukan pekerjaan rumah. tetapi jika dia diajarkan pendisiplinan diri dalam kehidupan, dia akan melakukannya juga. Lebih menyenangkan melihat keluar jendela dan memandangi kejadian diluar daripada memperhatikan (pelajaran.) Lebih menyenangkan menggoda dan membuat gaya muka daripada konsentrasi pada pelajaran yang berlangsung. Seorang anak yang diajarkan pendisiplinan diri tidak akan kesulitan untuk memperhatikan apa yang seharusnya dilakukan daripada apa yang dia ingin atau yang dia senang lakukan.
Organisasi. Pendisiplinan diri adalah kunci organisasi. Pada dasarnya terorganisir adalah memikirkan kedepan. Alasan orang tidak terorganisir adalah bahwa mereka memikirkan saat ini dan tidak memikirkan apa yang akan datang sampai hal itu terjadi. Lebih mudah menikmati keadaan daripada melatih pikiran dalam berpikir. Ini menyebabkan banyak orang tidak terorganisir selamanya.
Semua ini kembali kepada prinsip dasar pendisiplinan diri. Tetapi pendisiplinan diri berakar pada prinsip yang lebih mendasar dari kebenaran yaitu melakukan apa yang seharusnya. Kehidupan orang lahir baru diciptakan dalam kebenaran dan kekudusan yang benar. Sehingga hidup terdisiplin melakukan apa yang benar adalah selaras dengan kehidupan lahir baru. Orang tua, anda melakukan kebaikan besar dengan menanaman pendisiplinan diri dalam hidup mereka. Ini sangatlah positif.
IV. Prinsip ketaatan.
Salah satu perintah paling mendasar dalam Alkitab untuk anak-anak ada di Efesus 6:1. “Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena haruslah demikian.” Tidak banyak hal yang lebih dasar daripada ini. Tetapi apakah anak-anak mentaati orang tua sangat tergantung kepada orang tua. Anak yang tidak taat mencerminkan orang tua yang tidak melatih anak untuk taat. Satu aturan yang paling jelas dalam rumah kami adalah “Kami selalu taat.” Jika anjing saya tidak terkendali, tidak taat, tidak disiplin, siapa yang salah, anjingnya atau saya? Melatih anjing membutuhkan waktu dan kesabaran. Terlebih lagi melatih anak. Kami secara positif menuntut anak-anak untuk taat. Jika mereka tidak taat, mereka segera dan pasti menghadapi akibatnya. Selalu. Setiap kali.
Ada beberapa prinsip yang perlu diingat dalam menerapkan aturan.
Pertama, aturan harus segera diterapkan.
Sebagai pastor, saya sudah mengunjungi ribuan rumah. Saya sudah sering melihat beberapa skenario seperti ini. Detilnya bisa bervariasi, tetapi dasar peristiwanya selalu mirip. Ibu mengatakan kepada Junior, “Waktunya tidur.” (atau perintah orang tua semacam ini) Junior mengabaikan ibunya dan terus menonton TV. Si ibu meneruskan pembicaraan dengan saya. Setelah beberapa waktu, ibu mengatakan lagi, “Junior saya sudah katakan untuk pergi tidur.” Dan dia menjawab, “Tapi saya belum mau tidur.” Si ibu membiarkan. Kemudian beberapa waktu berlalu si ibu menjadi panas mengenai ini. Dia menaikkan suaranya dan mengatakan, “SAYA BILANG SEGERA TIDUR.” Junior menjawab, “Tapi ma, SAYA MAU nonton acara saya ini.” Si ibu mentolerir perlawanan ini untuk beberapa waktu. Kemudian dia katakan, “INI TERAKHIR KALI SAYA KATAKAN, SEGERA TIDUR!” Junior pun menjadi jengkel karena diteriaki dan membalas teriak, “SAYA TIDAK MAU!” Akhirnya si ibu teriak, “SAYA PERINGATKAN, SEGERA TIDUR SEKARANG, ATAU SAYA PUKUL KAMU!”
Masalahnya bukan pada Junior. Dia sudah mengetahui dari pengalaman bahwa si ibu bisa diabaikan. Si ibut terlalu malas untuk bangun dan menangani situasi. Si ibu bahkan berkontribusi dalam kenakalan Junior.
Kedua, aturan dasar rumah harus diterapkan dengan konsisten.
Jika salah melakukan sesuatu pada hari Senin, sebaiknya diterapkan juga pada hari berikutnya dengan cara yang sama. Konsistensi adalah permata berharga dalam mahkota kepemimpinan orang tua. Sebaliknya, ketidakkonsistensi adalah faktor utama penyebab pemberontakan remaja dikemudian hari.
Terakhir, aturan keluarga harus diterapkan dengan adil dan bijaksana.
Orang tua membutuhkan hikmat Salomo. Kita perlu adil dan jujur dalam menghadapi anak-anak. Walaupun bagian ini terlihat keras dan otoriter, seringkali anak-anak lupa, atau sebagai anak-anak mereka melakukan kesalahan.
Ada beberapa prinsip luas dalam membangun ketaatan. Salah satunya adalah peneguhan positif. Barangkali peneguhan positif terbesar adalah masalah kasih. Kita perlu memberitahu anak-anak kita mengasihi mereka. Kemudian, peneguhan positif adalah selalu mengajarkan aturan atau kebijakan terlebih dahuulu. Bantuan lainnya adalah menggunakan insentif untuk mencapai hasil yang diinginkan. Terakhir, sangat penting bahwa kita menyediakan peneguhan positif dengan contoh teladan hidup kita.
Sisi lain koin dalam membangun ketaatan adalah peneguhan negatif. Prinsip sederhana dalam menghukum anak adalah hukuman harus selalu melampaui kesenangan atau kenikmatan dalam melakukan kesalahan. Mungkin, bentuk paling dasar dari penghukuman, terutama pada anak-anak kecil adalah dipukul (pantatnya). Banyak hal bisa dibahas, tetapi kita pertimbangkan beberapa dasar terlebih dahulu.
1. Tentukan terlebih dahulu dasar penghukuman anak-anak. Di rumah kami, sudah dijelaskan terlebih dahulu jika anak-anak melanggar aturan dalam tiga hal ini, mereka otomatis dipukul. Tiga hal ini adalah tidak mau taat, berbohong dan tidak menghormati orang tua.
2. Tentukan standar bagaimana hukuman dilakukan. Sangat banyak ragam penerapan digunakan sepanjang abad dari tongkat hingga ikat pinggang. Kami sering menggunakan tongkat pengaduk cat.
3. Tentukan tempat standar hukuman dilakukan. Kami tidak pernah memukul anak kami didepan umum untuk banyak alasan. Tetapi, di rumah kami memilih ruangan netral, yaitu kamar mandi. Didalamnya menunggu tongkat pengaduk cat.
4. Tentukan aturan menghukum. Tergantung umur anak dan pelanggaran yang dilakukan, kami mempunyai pedoman berapa kali pukulan yang akan mereka terima. Hal terpenting adalah pukulan yang efektif sehingga cukup sakit melebihi keuntungan dari ketidaktaatan.
5. Selalu mengendalikan diri. Tidak pernah memukul dalam kendali amarah. Kami selalu berusaha keras tetap tenang, terkendali dan menguasai diri.
6. Pukul segera setelah pelanggaran. Walaupun kami menghindari memukul didepan umum, kami berusaha menangani masalah sesegera mungkin.
7. Jangan menolak anakmu. Kasihi mereka. Setelah penghukuman, kami selalu memeluk anak-anak dan memberitahu kami mengasihi mereka. Ini juga adalah waktu mengingatkan kembali mengapa mereka dihukum. Tetapi kami selalu mengakhiri waktu sedih ini dengan pelukan dan ciuman.
V. Prinsip Separasi
Kita menyinggung titik kontroversial bagi banyak orang, yaitu separasi dari dunia. Saya pelajari dahulu bahwa praktik separasi alkitabiah adalah sangat praktis. Tetapi kebenaran ini tidak terpusat jelas sampai saya menjadi ayah dan membesarkan anak-anak. Alkitab sangat jelas. Kita baca di 2 Kor 6:17, “Sebab itu: Keluarlah kamu dari antara mereka, dan pisahkanlah dirimu dari mereka, firman Tuhan, dan janganlah menjamah apa yang najis, maka Aku akan menerima kamu.” Allah berfirman “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini” di Roma 12:2. Kemudiang Dia memerintahkan, “1Yoh 2:15 Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu. 2:16 Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia.”
Separasi dari dunia dan hal-hal duniawi bukanlah legalisme seperti yang sering dituduhkan. Ini adalah ketaatan kepada Allah dan seperti yang sudah disinggung, sangatlah praktis. Semakin jauh kita menjaga anak-anak dari pengaruh dunia, semakin baik untuk mereka.
Kenyataannya, iblis sudah menggambarkan titik sasaran di punggung anak-anak dan dia akan melakukan segala daya upayanya untuk mencobai dan menjerat mereka. Iblis mempunyai dua sekutu: (1) sifat lama dan (2) dunia. Semakin jauh kita menjaga anak-anak dari daya pikat dunia, semakin kecil kesempatan iblis menggapai mereka. Allah menuntut, “Kiranya hati mereka selalu begitu, yakni takut akan Daku dan berpegang pada segala perintah-Ku, supaya baik keadaan mereka dan anak-anak mereka untuk selama-lamanya!” (Ul 5:29)
Ketaatan kepada perintah Alkitab untuk separasi dari dunia adalah sangat praktis. Ini akan membantu anak-anak dari godaan rangsangan kesenangan, hiburan dan daya pikat dunia.
Pikirkan seorang anak. Dengan penampilan lugu kelihatan murni dan baik. Tetapi, biarkan bakteri dan filosofi dunia mulai bekerja dalam anak itu dan tidak akan lama kerohanian anak itu akan menjadi suram, wanita muda pemberontak. Kita semua sudah melihat yang seperti ini. Semasa TK dan SD, mereka begitu manis, lugu dan baik. Tetapi, ketika mereka dewasa, mereka menjadi pemberontak, suram dan bahkan tidak bisa diperbaiki lagi. Penampilan dan keluguan menjadi keras dan menentang. Pakaian dan gaya rambut mereka menjadi seragam model pemberontakan terkini. Terlebih, mereka sedang melakukan apa yang mereka senangi. Apa yang terjadi? Iblis, bersama dengan sekutunya dalam dunia dan kedagingan dalam sifat lama menyambar seorang anak muda. Dan anak-anak dalam rumah tangga Kristiani jelas tidak kebal.
Ada banyak godaan dunia ini. Mari kita lihat beberapa cara iblis menjerat anak-anak keluarga Kristiani.
1. Mungkin lebih dari segala hal lain, iblis menggunakan kekuatan musik untuk menjerat anak muda. Kita tidak cukup ruang untuk menguraikan panjang lebar mengenai bahaya musik. Tetapi cukuplah mengatakan bahwa musik duniawi adalah alat utama iblis dalam menggenggam anak muda, dan tentunya termasuk juga anak-anak keluarga Kristiani. Semasa pertumbuhan anak-anak, mereka tidak diijinkan mendengarkan musik rock atau bentuk musik duniawi lainnya. Kita tidak membiarkan mereka memiliki radio, stereo atau alat pemutar lainnya dalam kamar. Teknologi berubah dalam beberapa tahun, tetapi prinsipnya sama. Kami mempunyai anak angkat di rumah dan dia tidak diijinkan memutar musik apapun di iPod. Banyak pemuda Kristiani yang sudah terjerumus kedalam dunia oleh musik duniawi lebih daripada apapun. Musik sangat kuat. Salah satu hal terbaik yang bisa dilakukan orang tua adalah mengatur musik yang didengar anak-anak. Anda tidak akan menyesali keputusan ini.
2. Alat kuat lain yang digunakan iblis adalah televisi dan penyebaran video (apapun media atau formatnya). Televisi dan Hollywood adalah intisari sistem duniawi. Sangatlah berhati-hati apa yang anda ijinkan ditonton oleh anak. Nilai kemewahan dan hiburan duniawi sangat cepat menjerumuskan anak menjauhi Firman Allah dan hal-hal ilahi. Iblis tahu itu dan dia bekerja keras untuk menarik pandangan anak muda pada layar.
3. Internet adalah fenomena modern yang belum ada ketika anak-anak kami bertumbuh, tetapi kini ada di hampir setiap rumah di Amerika. Internet bisa sangat berguna dalam pendidikan dan bahkan bahan rohani tetapi bisa juga sangat jahat dan keji. Orang bisa mencari bahan rohani yang bisa sangat membantu dari Internet. Tetapi bisa juga mendapatkan pornografi dan kotoran yang paling jahat disini. Generasi mendatang sudah mahir memanfaatkan teknologi mutakhir dan situs-situs. Kami memiliki anak angkat di rumah. Kami menetapkan beberapa aturan dalam penggunaan internet. Pertama, dia hanya boleh online menggunakan laptop keluarga di ruangan terbuka sehingga semua orang bisa melihat apa yang dia lakukan. Kedua, kami menuntutnya memberikan semua password sehingga jika dibutuhkan kami bisa mengawasi apa yang dia lakukan onlne. Ketiga, dia diperintahkan tidak boleh mengunjungi ruangan obrolan (chat room) mengenai apapun dan tidak boleh mempunyai halaman MySpace. Dari waktu ke waktu kami menambahkan daftar situs yang dilarang. Kadang kala saya memeriksa riwayat browser untuk melihat situs yang sudah dikunjungi. Sistem kami bukan anti-jebol, tetapi kami yakin bisa mengendalikan situasi. Beberapa orang tua menggunakan penyaring dan ini bisa sangat membantu, terutama anak laki-laki yang menggunakan internet. Pornografi hanya berjarak satu klik dan sebagian besar anak tahu bagaimana menemukannya.
Anda tidak akan pernah menyesal telah mengekang penggunaan internet oleh anak-anak. Separasi dari dunia adalah alkitabiah dan sangat praktis dalam menjaga anak dari jerat iblis. Ini bukanlah legalisme! Ini adalah ketaatan kepada Allah. Anda tidak akan pernah menyesal telah menjaga jarak aman antara anak-anak dan hal duniawi.
VI. Praktik Orang Tua
Selama bertahun-tahun, saya menjadi yakin bahwa masalah-masalah kehidupan pada dasarnya adalah rohani. Segala hal penting dalam kehidupan, seperti keluarga, pernihakan, anak-anak dan dasar kebahagiaan adalah hal rohani. Oleh karena itu, prinsip kerohanian utama harus dibangun oleh orangtua jika ingin anak-anaknya baik.
Mari kita pertimbangkan beberapa dasar praktik kerohanian dari orang tua Kristiani yang penting dalam melatih anak-anak. Sangat jelas kita tidak bisa melatih orang dalam hal yang tidak kita mengerti sendiri. Jika kita ingin melatih anak-anak menjadi anak yang rohani, saleh, praktik ini pertama harus dibangun dalam orang tua.
1. Praktik kesalehan. Peribahasa Inggris, as much is caught as is taught. Perbuatan akan mengajar lebih banyak daripada perkataan. Apakah anak-anak melihat orangtua yang saleh? Rasul Paulus mengatakan, “Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah (KJV:godliness, kesalehan) itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang.” (1Tim 4:8). Kita hidup dalam jaman dimana atlet ditinggikan dari sekolah melalui profesi olahraga. Ada bagian yang cukup besar dalam koran khusus untuk berita olahraga. Hal yang sama juga dalam berita-berita. Olahraga dan atletik sudah hampir seperti agama dalam budaya modern. Allah mengatakan latihan badani seperti ini terbatas gunanya, tetapi kesalehan itu berguna dalam segala hal. Kesalehan berguna bukan hanya dalam hidup ini saja, tetapi juga memberi upah yang kekal. Saya ingin sampaikan bahwa kita sebagai orang tua harus memberikan contoh teladan kesalehan dan kemudian melatih hal yang sama kepada anak-anak. Selama bertahun-tahun, saya mendengar orang tua Kristiani berdalih, “Tetapi Junior adalah anak yang baik.” Ironisnya, sebagian besar orang tua akan mengatakan hal yang sama, bahkan yang anak-anaknya tumbuh menjadi kriminal. Pertanyaannya adalah, “Apakah mereka saleh?” Sepertinya kita telah membesarkan anak-anak muda yang baik, bukan yang saleh. Kesalehan tidak hanya akan menghindarkan dari masalah dosa dan dunia, ini akan membangun kualitas yang Allah inginkan pada umatNya. Tetapi pelatihan kesalehan dimulai dari ibu dan ayah. Kita harus memimpin dengan contoh teladan dan praktik.
2. Praktik kesetiaan. Salah satu praktik paling sederhana dalam kehidupan Kristiani adalah kesetiaan dalam kehidupan sehari-hari yang kemudian diwujudkan dalam kesetiaan dalam hal-hal ilahi. Dengan kata lain, selalu ada di gereja setiap kali pintu gereja terbuka. Yesus mengatakan, “Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan” (Wahyu 2:10). Rasul menulis, “Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat” Ibrani 10:25. Kebijakan di rumah kami, di rumah orang tua kami, dan di rumah kakek nenek kami sederhana. Kapanpun pintu gereja dibuka, kami disana. Yesus mengatakan, “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya” Mat 6:33.
Ketidakkonsistensi pada orang tua Kristiani, terutama mengenai kesetiaan hal-hal ilahi, adalah faktor utama dalam pemuda Kristiani memberontak atau terhanyut kepada dunia. Saya telah melihat pola ini selama empat puluh tahun. Orang tua Kristiani yang tidak konsisten dalam kesetiaan jauh lebih banyak anak yang dropout daripada anak yang melihat orang tua yang tidak pernah tidak hadir. Saya melihat bapak-bapak Kristiani yang baik dan dasarnya hidup untuk Tuhan tetapi tiba-tiba mengesampingkan kesetiaan ketika musim berburu atau memancing. Mereka biasanya menuai hasil yang pahit ketika anak-anak mereka dikeluarkan dari sekolah. Saya melihat bapak-bapak yang tidak setia dalam pelayanan ketika berlibur. Anak-anak ‘mencatat’. Menyedihkan, seringkali mereka menuai hasil pahit karena ketidakkonsistensi dan ketidaksetiaan. Bentuk lainnya masalah ini adalah membiarkan anak-anak tidak ke gereja untuk mengerjakan tugas sekolah. Selama bertahun-tahun saya mengenal banyak orang tua yang membiarkan anak-anak di rumah pada hari Rabu atau Minggu untuk mengerjakan tugas sekolah. “Mereka mempunyai terlalu banyak tugas sekolah.” Prioritas tidak bertentangan. Pekerjaan sekolah adalah penting, tetapi hal-hal ilahi jauh lebih penting. Orang tua Kristiani, anda tidak akan pernah menyesali menjadi konsisten dalam hal kesetiaan. Tetapi, yang berkompromi akan hal ini nantinya akan bertanya-tanya apa yang salah sehingga anak-anak mereka terjerumus kedalam dunia.
3. Praktik devosi. Ulangan 6:7 mengatakan, “haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun.” Perintah jelas disini adalah kita sebagai orang tua harus mengajarkan hal-hal tentang Allah. Salah satu cara paling efektif adalah mengadakan waktu setiap hari duduk bersama dan mengajari anak-anak. Inilah yang saya sebut sebagai devosi keluarga. Setiap keluarga mempunyai jadwal yang berbeda, kami merasa melakukan ini di meja sarapan bekerja dengan baik.
Mari kita perhatikan beberapa petunjuk mengadakan devosi keluarga yang sederhana dan berkelanjutan.
Mempunyai tujuan. Selama beberapa tahun devosi keluarga kami berpusat pada dua bidang. Satu adalah menjelaskan mengenai keselamatan kepada anak-anak. Mereka perlu mengerti kebutuhan ini, apa yang sudah Kristus lakukan untuk kita diatas salib, dan bagaimana diselamatkan. Ketika anak-anak masih muda dan belum diselamatkan, kami sering memusatkan devosi keluarga pada topik penting ini. Masalah lain yang kami pusatkan adalah karakter yang saleh. Karena kebenaran praktis adalah inti dari karakter Kristiani, sepanjang masa pertumbuhan mereka kami terus menerus membahas prinsip kebenaran, pratiknya dan ayat-ayat yang menjelaskannya.
Mempunyai rencana. Salah satu jalan keberhasilan waktu devosi keluarga adalah mempunyai rencana operasi yang sederhana yang tidak membutuhkan banyak persiapan. Satu cara yang kami lakukan bertahun-tahun terutama dalam mengajarkan kesalehan dan kebenaran adalah dengan merenungkan satu pasal dari Amsal setiap hari menurut tanggal. Contohnya jika harini tanggal 29 maka kita membahas Amsal 29. Dari sini saya akan mencari satu dua ayat yang menonjol dan membahasnya dengan ringkas. Setelah kita selesaikan Amsal, kita bisa lanjutkan dengan Mazmur dan membahas ayat yang berhubungan dalam tiga pasal. Contohnya jika harini tanggal 15 maka saya akan membacakan Mazmur 45-47 untuk direnungkan. (Ada 150 Mazmur dan mendapatkan ayat yang baik dari tiga pasal cukup sederhana dan bisa dijalankan.) Tentu saja kita bisa membahas yang lain dengan masalah khusus. Mempunyai Alkitab dengan ayat-ayat yang sudah ditandai dengan baik akan mempermudah menerapkan devosi keluarga. Penandaan Alkitab bisa saat pembelajaran pribadi. Kami kemudian mempunyai waktu berdoa dimana setiap anggota keluarga bergantian berdoa.
Jaga kesederhanaan. Salah satu halangan besar devosi keluarga adalah kebanyakan orang tidak mempunyai cara jangka panjang untuk mempertahankan rencana devosi hari demi hari, tahun demi tahun. Rencana diatas adalah sederhana dan sangat alkitabiah. Ini tidak ada batasannya. Kebanyakan orang tua sangat sibuk dan tidak mempunyai waktu mempersiapkan devosi keluarga yang dalam. Buku rencana devosi keluarga perlu biaya dan biasanya habis dalam satu dua bulan. Bagaimanapun caramu melakukannya, siapkan rencana sederhana mengajarkan anak-anak hal-hal ilahi. Allah telah memberikan tanggung jawab kepada orang tua pada umumnya dan kepada ayah pada khususnya.
4. Praktik Kasih. Sepanjang materi ini menekankan tentang kebenaran, separasi dari dunia, kesetiaan dan konsistensi. Tetapi keluarga haruslah menjadi akuarium kasih. Kita perlu memberitau anak-anak kita mengasihi mereka dan memperlihatkan pada mereka kasih secara fisik dan dengan memberikan hadiah kepada mereka. Pastinya, kasih menutup banyak kesalahan. Kasihi anak-anakmu!
VII. Melatih anak-anak berjalan didalam Roh
Anak-anak dilahirkan dengan dosa alami. Dalam Alkitab, disebut “kedagingan” dan ini merusak. Sifat lama kita adalah tempat semua dosa, kerusakan dan kejahatan. Semua anak pastinya mempunyai sifat dosa alami. Ketika mereka dilahirkan kembali, Allah menciptakan didalam mereka sifat baru, yang disebut juga manusia baru dan dalam beberapa kasus disebut “roh.” Roh ini tentunya dilahirkan dari Roh Kudus. Setiap tindakan kita adalah antara berjalan dalam kedagingan atau dalam roh.
Ketika anak-anak muda Kristiani berjalan dalam kedagingan, secara prinsip mereka sama dengan orang duniawi yang belum diselamatkan. Dan ketika mereka hidup dalam kedagingan inilah dosa tampil, bisa kemarahan ketika mereka muda, atau pemberontakan ketika mereka tumbuh remaja, hingga dosa besar ketika mereka dewasa.
Solusi atas dosa dan pemberontakan dalam kehidupan anak-anak adalah dengan melatih mereka berjalan dalam roh. Rasul Paulus menulis, “Maksudku ialah: hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging.” Galatia 5:16. Ketika kita melatih anak-anak untuk hidup dalam sifat roh baru dan bukan sifat kedagingan lama, maka akan terbentuk suatu pertahanan kuat melawan iblis, nafsu kedagingan dan godaan dunia.
Berikut tujuh tips hidup dalam roh.
1. Pastikan anak-anak mempunyai sifat roh baru. Anak-anak tidak bisa berjalan dalam roh jika dia tidak memilikinya. Jadi pastikan bahwa mereka sungguh-sungguh sudah dilahirkan kembali.
2. Menguatkan sifat baru dengan banyak mempelajari Firman Allah. Jika anak-anak mempelajari Firman Tuhan setiap hari, mereka lebih mungkin untuk berjalan dalam roh dan tidak dalam nafsu kedagingan.
3. Membangun dasar kebenaran dalam kehidupan anak-anak. Sifat yang baru diciptakan dalam kebenaran dan kekudusan (Ef 4:24). Selama kita menanamkan prinsip dan kebiasaan melakukan apa yang benar dalam praktik kehidupan, ini akan selaras dan paralel dengan berjalan dalam roh. Yang satu akan menguatkan yang lainnya.
4. Menuntut kehidupan yang disiplin. Dasar karakter Kristiani adalah pendisiplinan diri untuk melakukan yang benar. Sifat baru bekerja pada prinsip melakukan apa yang seharusnya sedangkan sifat lama pada dasarnya melakukan apa yang saya inginkan. Kebiasakan hidup yang melakukan apa yang seharusnya akan menjadi mudah berjalan dalam roh. Orang yang terbiasa hidup melakukan apa yang saya inginkan akan berjuang dengan sifat baru. Pendisiplinan diri melakukan apa yang seharusnya (yaitu yang benar) adalah tanah yang subur untuk berjalan dalam roh.
5. Melatih anak-anak menanggalkan sifat lama dan memakai sifat baru setiap hari. Rasul Paulus menulis dalam surat Efesus “4:22 yaitu bahwa kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan, 4:23 supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu, 4:24 dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya.” Hal ini diumpamakan melepaskan pakaian kotor dan menggantinya dengan pakaian bersih. Kita harus menghadapi sifat lama kita setiap hari. Setiap hari, kita harus membuat keputusan dengan sadar untuk melepaskan sifat lama dan memakai yang baru. Kita harus melatih anak-anak melakukan yang sama.
6. Kebenaran seharusnya menyalibkan sifat lama kita. Kita harus melatih anak-anak untuk berhenti dan berdoa setiap hari dan meminta Roh Kudus untuk membantu mereka menyalibkan sifat lama. Kita harus melakukannya dan begitu pula anak-anak.
7. Menjauhkan rayuan duaniwi sejauh mungkin dari anak-anak. Prinsip separasi akan menjadi bantuan yang sangat besar bagi anak-anak dalam berjalan dalam roh dan tidak dalam kedagingan. Hal-hal duniawi akan terus menerus menarik bagi sifat lama. Tetapi sifat baru bekerja pada bagian lain. Sejauh mungkin kita menjaga hal-hal duniawi dari anak-anak, akan semakin memampukan anak-anak mengalahkan sifat lama dan berjalan dalam sifat baru.
Demikianlah orang tua Kritiani, usahakanlah membangun ketujuh prinsip ini dalam melatih anak-anak. Anda tidak akan menyesal melakukannya.
Short Link:
Pendapat Anda: