Membedah Tentang Lectio Divina

terjemahan:

Lectio Divina: What it is, What it is Not, and Why It is a Dangerous Practice

Lectio Divina (LD) – Belakangan cukup banyak pembicaraan tentang hal ini, dan banyak buku tentang ini baik yang sudah terbit ataupun yang sedang ditulis; semakin banyak tokoh penginjil Protestan yang menulis tentang ini, mendukungnya dan mengajarkannya. Beberapa orang menganggap lectio divina hanya sekadar membaca beberapa bagian Alkitab dengan perlahan (atau berdoa dengan Alkitab) kemudian merenungkan atau memikirkannya. Ini hanya sebagian dari lectio divina. Tetapi jika anda bertanya kepada yang mistis atau kontemplatif tentang apa yang terkandung didalamnya (siapa yang lebih mengerti daripada mereka?) mereka akan menjelaskan bahwa LD selalu termasuk membaca sebagian Alkitab ataupun bacaan lain apapun dengan perlahan, kemudian semakin perlahan hingga anda mendapatkan potongan kata atau frasa kecil dari bagian yang sedang anda renungkan berulang-ulang. Pada akhirnya anda mendapatkan kata atau frasa seperti mantra yang diambil dari bagian Alkitab, yang menurut para kontemplatif, jika diulang selama beberapa menit akan membantu anda menghilangkan gangguan pikiran, kemudian katanya lagi, anda bisa mendengarkan suara Tuhan dan merasakan kehadiranNya.

Pelopor mistis kontemplatif, Thomas Keating menjelaskan bahwa LD bukanlah pembelajaran Alkitab tradisional, bukan membaca Alkitab untuk bisa mengerti dan membangun diri, dan bukan berdoa dengan Alkitab (walaupun berdoa dengan Alkitab dapat juga menjadi LD jika satu kata atau frase diambil dari Alkitab untuk memfokuskan pada “kehadiran Tuhan.”) Keating menambahkan bahwa LD adalah perkenalan kepada praktek yang lebih intensif, yaitu doa kontemplatif dan doa pemusatan.

Banyak orang berpikir LD hanyalah membaca Alkitab perlahan dan tidak ada yang salah dengan itu. Tetapi dengan memusatkan pikiran pada suatu kata dan frasa dan mengulang-ulanginya untuk mencapai “diam / tenang” inilah bahayanya. Memang benar kalau hanya membaca Alkitab dengan perlahan dan dengan pemikiran itu tidak ada salahnya, bahkan sangat baik sekali. Tetapi dengan pemikiran, itu kuncinya. Dalam meditasi gaya timur (termasuk juga doa kontemplatif) pikiran adalah musuh. Tokoh mistis timur Anthony De Mello menjelaskan masalah ini dengan pemikiran dalam bukunya Sadhana: Jalan kepada Allah:

Untuk mendiamkan pikiran adalah pekerjaan sulit. Betapa sulitnya menjaga pikiran dari berpikir, berpikir, berpikir, terus berpikir, selamanya menghasilkan pemikiran dalam aliran yang tidak terhentikan. Master Hindu di India mengatakan: satu duri dibuang dengan duri lainnya. Dengan ini mereka mengatakan anda akan menjadi bijak dengan menggunakan satu pikiran untuk membuang semua pikiran yang memenuhi pikiran anda. Satu pikiran, satu gambaran, satu frasa atau kata yang ditanamkan dalam pikiran anda. (hal.28)

Direktur spiritual Jan Johnson dalam bukunya, Ketika Jiwa Mendengarkan: Mendapatkan Ketenangan dan Arahan dalam Doa Kontemplatf, dia juga percaya bahwa pikiran adalah penghalang yang harus didiamkan:

Doa kontemplatif, dalam bentuk paling dasarnya adalah doa yang didalamnya anda mendiamkan pikiran dan emosi dan berfokus pada Allah sendiri. Ini menempatkan anda dalam kondisi untuk menyadari kehadiran Allah dan membuatmu bisa mendengar suara Allah, memperbaiki dan membimbing dan mengarahkan anda. (hal 16.)

Ray Yungen menjelaskan apa yang dicari dari “diam / tenang” dalam mistis kontemplatif:

Ketika Richard Foster berbicara tentang diam, dia tidak mengatakan diam eksternal. Dalam bukunya Doa: Mendapatkan Rumah Sejati bagi Hati, Foster merekomendasikan praktek doa nafas (hal 122) — memilih satu kata atau frasa pendek dan mengulang-ulanginya bersama dengan nafas. Ini adalah mistis kontemplatif klasik. … Foster mengutip orang mistis yang menyarankan, “Anda harus mengikat pikiran dengan satu pikiran” … Saya pernah menceritakan metode doa nafas Foster kepada penyembah New Age yang bertobat. Dia mengatakan dengan heran, “Itulah yang saya lakukan ketika saya terperosok dalam ashtanga yoga!” (Buku A Time of Departing – ATOD, hal 75.)

Dengan LD, mengulang-ulangi kata atau frasa pada akhirnya menyebabkan kata atau frasa itu kehilangan makna, kemudian suara pengulangan tanpa makna ini mulai membawa orang kedalam kondisi pikiran kosong. Yungen mengatakan: “Memaku pikiran pada satu pikiran adalah tidak wajar dan bertentangan dengan refleksi dan doa. Logika sederhana kita mengatakan bahwa mengulang-ulangi suatu kata tidak mempunyai nilai rasional. Misalnya jika seseorang meneleponmu dan kemudian hanya mengulang-ulangi namamu atau suatu kata terus-menerus, apakah menurut anda ini sesuatu yang membangun? Tentu saja tidak; anda pasti akan segera menutup telepon. Mengapa Tuhan akan berpikir lain? Dan jika kurang merasakan kehadiran Tuhan, apakah kehadiran seperti cahaya dalam meditasi dan memasukkan rasa keilahian yang palsu? (ATOD, hal 76.)

Yungen menasihati orang percaya bahwa “tujuan berdoa bukanlah untuk mengikat pikiran dengan kata atau frasa kosong tak berarti yang mendorong kondisi trans mistis, tetapi seharusnya menggunakan pikiran untuk memuliakan dalam kasih karunia Allah. Inilah nasihat rasul Paulus kepada jemaat: 2 Tim 2:15 Usahakanlah (KJV: belajarlah) supaya engkau layak di hadapan Allah. 2 Tes 1:11 Karena itu kami senantiasa berdoa juga untuk kamu. Berdoa adalah berbicara kepada Allah dengan segenap hati dan segenap pikiran. (ATOD, hal 75.)

Untuk menjaga orang-orang yang anda kasihi agar menjauhi penipuan spiritual dan kontemplatif spiritual, adalah sangat penting anda mengerti bahwa LD berperan penting menggiring orang kepada praktek meditasi pagan sepenuhnya. Dan kami tegaskan bahwa “kehadiran” yang dicapai dalam kondisi trans yang “diam/tenang” dengan mengulang-ulangi mantra terus-menerus (atau dengan fokus pada pernafasan atau obyek) ini BUKAN kehadiran Allah! Allah mengajarkan dalam Alkitab untuk tidak mempraktekkan “formula atau proses khusus, seperti LD Thomas Keating, untuk menciptakan pengalaman mistis (Ulangan 18:9-11); demikian kami rasa cukup peringatan tentang LD.

Informasi lebih lanjut:

Pendapat Anda:

Loading Disqus Comments ...
Loading Facebook Comments ...

Tinggalkan Balasan