terjemahan https://www.wayoflife.org/database/church_fathers_a_door_to_rome.html
Banyak orang telah masuk kedalam Gereja Roma Katolik melalui pintu yang lebar dari “bapa gereja,” dan ini adalah peringatan keras harini ketika ketertarikan kepada “bapa gereja” menyebar luas dalam gerakan injili.
Pelayanan apologetik Katolik menggunakan “bapa gereja” untuk membuktikan bahwa pengajaran Roma mulai sejak abad permulaan. Dalam buku “Terlahir Fundamentalis, Lahir kembali Katolik,” David Currie terus menggunakan bapa gereja untuk mendukung posisinya. Dia mengatakan, “kelompok penulis yang harus dibaca kaum injili … adalah bapa gereja permulaan” (hal 4).
Gerakan doa kontemplatif juga dibangun atas fondasi lemah yang sama. Robert Webber, profesor Wheaton College yang adalah salah satu pendukung gerakan kembali kepada bapa gereja, mengatakan:
“Bapa (gereja) permulaan dapat membawa kita kembali kepada yang umum dan membantu kita mengesampingkan beragam tradisi … disinilah kesatuan kita … injili perlu melampaui berbicara mengenai kesatuan gereja untuk mengalami kesatuan melalui sikap penerimaan segala (macam-macam) gereja dan masuk ke dalam dialog dengan Katolik Ortodoks, dan badan Protestan lainnya” (Iman Kuno – Masa Depan, 1999, hal 89).
Kenyataannya adalah bahwa “bapa gereja” sebagian besarnya adalah SESAT!
Istilah ini merujuk kepada berbagai pemimpin gereja beberapa abad pertama setelah tulisan para Rasul terjaga.
“Bapa Gereja” yang benar hanyalah para Rasul dan nabi yang tulisannya diinspirasikan dan dicatat dalam Alkitab. Merekalah yang memberi kita “iman yang telah disampakan kepada orang-orang kudus” (Yudas 1:3). Iman yang mereka sampaikan dapat memperlengkapi kita “sempurna, untuk setiap perbuatan baik” (2 Timotius 3:16-17). Kita tidak membutuhkan apapun yang lain selain Alkitab saja. Sedangkan pengajaran “bapa gereja” sama sekali tidak diinspirasikan Allah sedikitpun.
Istilah “bapa gereja” adalah salah kaprah yang berasal dari pengajaran salah Gereja Katolik hirarkis. Mereka bukanlah “bapa” bagi gereja yang Alkitabiah dan sama sekali tidak memiliki otoritas Ilahi (seperti nabi dan rasul). Mereka hanyalah pemimpin gereja dari berbagai tempat yang meninggalkan catatan iman mereka dalam tulisan sejarah. Tetapi Gereja Katolik meninggikan otoritas mereka melampaui batas Alkitab, membuat mereka “bapa” atas suatu lingkup wilayah gereja dan atas gereja di seluruh dunia.
“Bapa gereja” dibagi kedalam empat kelompok masa: Bapa Apostolik (abad kedua), Bapa Ante-Nicene (abad kedua dan ketiga), Bapa Nicene (abad keempat), dan Bapa Post-Nicene (abad kelima). Nicene merujuk kepada Konsili Nicaea pada tahun 325 yang membahas masalah Arianisme dan meneguhkan doktrin keilahian Kristus. Jadi, Bapa Ante-Nicene disebut demikian karena mereka hidup dalam abad sebelum Konsili Nicaea, dan Post-Nicene karena mereka hidup pada abad sesudahnya.
Semua bapa gereja terkontaminasi dengan kesesatan pengajaran, dan sebagian besar mereka sangat parah tersesat. Bahkan yang disebut Bapa Apostolik pada abad kedua sudah mengajarkan doktrin sesat baptisan, selibat dan kemartiran untuk pengampunan dosa (Howard Vos. Exploring Church History, hal 12). Dan bapa gereja berikut — Klemen, Origen, Cyril, Jerome, Ambrose, Agustinus, Theodore, dan John Chrysostom — sejarahwan diatas mengakui: “Dalam kehidupan dan pengajaran mereka kita temukan bibit hampir segala macam penyesatan yang timbul kemudian. Dalam bentuk halus tampak pengajaran purgatory (api penyucian), transubstantiation, keimamatan, lahir baru oleh baptisan, dan seluruh sistem sakramen” (Vos, hal 25).
Kenyataannya, salah satu “bapa” Post-Nicene adalah Leo, Paus pertama Roma Katolik!
Sesungguhnya, bapa gereja maksudnya adalah bapa Gereja Roma Katolik. Mereka adalah orang-orang yang meletakkan dasar kesesatan yang dihasilkan Ortodox Roma dan Yunani.
Alkitab Perjanjian Baru memperingatkan bahwa akan ada penyesatan, berbalik dari iman Kekristenan. Para rasul dan nabii sudah memperingatkan penyesatan ini sudah dimulai sejak masa pelayanan mereka dan memperingatkan penyesatan ini akan terus meningkat seiring mendekatnya kedatangan Kristus.
Paulus seringkali bersaksi tentang hal ini, sepintas memberikan kilasan bagaimana serangan jahat yang sedang merusak pekerjaan Allah. Pertimbangkan pesan terakhir Paulus kepada gembala di Efesus (Kisah Para Rasul 20:29-30). Paulus memperingatkan mereka bahwa pengajar palsu akan datang dari luar dan juga dari dalam mereka sendiri. Pertimbangkan surat keduanya kepada jemaat di Korintus (2 Korintus 11:1-4, 12-15). Pengajar palsu sedang giat di Korintus merusak tiga doktrin utama iman Perjanjian Baru, doktrin tentang Kristus, Keselamatan dan Roh Kudus; dan gereja-gereja ini sedang dalam bahaya dihancurkan oleh penyesatan ini. Pertimbangkan peringatan Paulus kepada Timotius dalam 1 Timotius 4:1-6 dan 2 Timotius 3:1-13 dan 4:3-4.
Petrus mengupas hal ini dalam pasal dua pada surat keduanya. Dia memperingatkan dalam ayat pertama bahwa akan ada “pengajaran sesat yang membinasakan,” merujuk kepada kesesatan yang membinasakan jiwa manusia dalam neraka kekal. Jika misalnya seseorang menolak pengajaran Kelahiran dari Perawan, Keilahian, Kemanusiaan, Ketakberdosaan, Kekekalan, Penebusan, atau Kebangkitan Yesus Kristus, dia tidak bisa diselamatkan. Kesesatan semacam ini adalah kesesatan yang membinasakan. Kesalahan pengajaran tentang Kristus menghasilkan “kristus palsu.”
Yohanes memberikan peringatan serupa dalam suratnya (1 Yohanes 2:18, 19, 22; 4:1-3; 2 Yohanes 7:11).
Dalam surat kepada tujuh jemaat dalam Kitab Wahyu 2-3, Tuhan Yesus Kristus memperingatkan bahwa banyak gereja rasuli yang sudah lemah dan dalam tekanan berat dari serangan penyesatan (Wahyu 2:6, 14-15, 20-24; 3:2, 15-17).
Jadi iman Perjanjian Baru sudah sedang diserang dari segala arah pada masa para rasul oleh Gnostisme, Yudaisme, Nikolaitanisme, dan kesesatan lainnya.
Dan para rasul dan nabi memperingatkan bahwa penyesatan ini akan terus meningkat.
Paulus mengatakan, “orang jahat dan penipu akan bertambah jahat, mereka menyesatkan dan disesatkan.” (2 Timotius 3:13). Ini menjelaskan arah masa gereja dalam penyebaan kesesatan!
Jadi tidak mengherankan adanya pengajaran sesat merajalela dalam gereja bahkan dalam permulaan masa gereja.
Selain itu kita hanya mempunyai sangat sedikit catatan abad permulaan dan catatan yang terjaga sudah di”sensor” oleh Roma. Gereja Roma Katolik sangat berkuasa selama milenium (seribu tahun) dan penganiayaan oleh inkuisisi Katolik mencapai dan melampaui ujung terjauh benua Eropa. Roma dengan segala kekuasaannya menghancurkan semua tulisan yang berbeda dengan pandangan mereka. Pertimbangkan Waldenses. Mereka adalah Kristen yang taat Alkitab yang tinggal di utara Italia dan selatan Perancis dan beberapa tempat lain pada masa kegelapan dan mereka dengan kejam dianiaya oleh Roma selama berabad-abad. Walaupun kita mengetahui sejarah Waldenses dimulai paling tidak pada abad 11, mungkin lebih awal lagi, hampir semua catatan sejarah mereka dihancurkan oleh Roma. Hanya sebagian catatan Waldenses yang terjaga pada masa itu.
Jadi, tidak mengherankan bahwa sebagian besar tulisan-tulisan permulaan abad mengarah kepada pengajaran Roma. Hal ini tidak membuktikan bahwa sebagian besar gereja memegang pengajaran Roma Katolik. Ini hanya membuktikan bahwa tulisan-tulisan itu saja yang diperbolehkan Roma (tulisan yang lainnya dihancurkan). Kita tahu pasti bahwa banyak gereja lain yang tidak sepaham dengan pengajaran Roma karena mereka dianiaya oleh Roma dan sedikit disinggung dalam tulisan “bapa gereja.”
Melihat beberapa bapa gereja
IGNATIUS (c. 50-110)
Ignatius adalah uskup Antiokia pada awal abad kedua. Dia ditangkap sekitar tahun 110 dan dikirim ke Roma untuk diadili dan dihukum mati.
Dia mengajarkan bahwa gereja harus mempunyai penatua dan uskup kepala; dengan kata lain dia meninggikan uskup atas gereja-gereja lain, padahal Alkitab mengajarkan bahwa istilah uskup dan penatua menunjuk kepada posisi yang sama (Titus 1:5-7).
Dia mengajarkan bahwa semua gereja adalah bagian dari gereja universal.
Dia mengatakan bahwa gereja tidak mempunyai otoritas untuk membaptis ataupun mengadakan perjamuan Tuhan kalau tidak mempunyai uskup.
Kesalahan seperti ini tidak terlalu besar tetapi ini membuka jalan kepada kesalahan lain dalam abad berikutnya.
JUSTIN MARTYR (c. 100 – c. 165)
Ketika Justin merangkus Kekristenan, dia juga masih memegang filosofi pagan (berhala).
Dia menafsirkan Alkitab secara alegoris dan mistis. Contohnya, seribu tahun dalam Wahyu 20 bukan waktu yang literal 1000 tahun, tetapi mengacu kepada sesuatu yang lain.
Adalah tulisan Justin Martyr yang pertama kali mengajarkan Replacement Theology. Dalam dialog dengan Trypho, dia menerapkan istilah Israel kepada gereja (Charles Ryrie, Dispensationalism Today, ed 2007, hal 128).
Justin Martyr yang ikut menggagas ide “middle state” kondisi setelah mati yang tidak di sorga ataupun di neraka. Kesesatan ini akhirnya menjadi purgatory (api penyucian) Katolik.
IRENAEUS (c. 125-202)
Irenaeus adalah gembala di Lyons, Perancis, yang menulis perdebatan dengan judul Against Heresies sekitar tahun 185.
Dia mendukung otoritas uskup atas banyak gereja.
Dia meninggikan tradisi gereja melampaui Alkitab. Karena inilah dia dianggap sebagai orang Katolik.
Dia juga mengajarkan kesesatan Katolik “benar-benar hadir,” mengatakan “ekaristi menjadi tubuh Kristus.”
CLEMENT OF ALEXANDRIA (c. 150 – c. 230)
Dari tahun 190 hingga 202, Klemen mengepalai sekolah sesat di Aleksandria, Mesir, yang didirikan oleh Pantaenus yang mencampuradukkan filosofi Yunani, Plato dengan Kekristenan.
Klemen juga ikut membangun kesesatan doktrin purgatory dan percaya bahwa sebagian besar manusia akhirnya akan selamat.
Dia menolak keilahian yesus dan penebusan-Nya, mengatakan “Firman Allah menjadi manusia supaya kamu bisa belajar dari manusia bagaimana manusia menjadi Allah” (dikutip dari Bernard McGinn, The Presence of God, Vol. 1 – “The Foundations of Mysticism,” p. 107). Jadi, Yesus hanyalah teladan baik dalam jalan menuju keilahian.
TERTULLIAN (c. 155 – c. 255)
Tertullian hidup di Carthage di Afrika Utara (di pantai Laut Mediterranea di Tunisia modrn, antara Libya dan Algeria).
Walaupun dia berjuang melawan Gnostisme, dia sendiri meninggikan otoritas gereja melampaui Alkitab. Dia mengajarkan bahwa otoritas gereja berasal dari suksesi kerasulan.
Dia percaya bahwa roti Perjamuan Tuhan adalah Kristus dan khawatir menjatuhkan remah-remahnya ke tanah.
Dia menerima Montanisme yang percaya bahwa Montanus bernubuat dengan inspirasi Allah.
Dia mengajarkan bahwa janda yang menikah lagi melakukan perzinahan. Dia meninggikan status keperawanan yang tidak Alkitabiah, dan kesesatan ini diterima kedalam Roma Katolik dalam sistem biarawan/biarawati yang tidak menikah dan bahwa imam tidak boleh menikah. Perjanjian Baru mendorong janda muda untuk menikah lagi (1 Timotius 5:14).
Dia mengajarkan kesesatan baptisan untuk pengampunan dosa.
Dia membagi dosa menjadi tiga kategori dan percaya pengakuan dosa kepada uskup.
Dia mengatakan jiwa manusia terlihat “lembut, ringan dan warna udara.” Dia mengatakan jiwa semua manusia ada di dalam Adam dan dipindahkan kepada kita dengan noda dosa asal.
Dia mengajarkan bahwa ada masa dimana Anak Allah tidak ada dan masa Allah bukan Bapa.
Dia mengajarkan bahwa Maria adalah Hawa kedua yang oleh ketaatannya memperbaiki ketidaktaatan Hawa pertama. Ini adalah batu loncatan kepada kesesatan Gereja Roma Katolik tentang Maria.
CYPRIAN (? – 258)
Cyprian adalah uskup Carthage di Afrika.
Dia sangat berkuasa dan kaya dan dia menulis melawan gereja Novatian karena usaha mereka menjaga kekudusan jemaat. Dia tidak perduli jika anggota jemaat tidak ada bukti lahir baru selama mereka taat melakukan ritual lahiriah.
Cyprian membela kesalahan pengajaran mengenai otoritas uskup atas banyak gereja dan bahwa semua gembala harus tunduk kepada mereka.
Dia mendukung kesesatan baptisan bayi.
Tidak heran jika Cyprian diangkat sebagai “santa” gereja Katolik.
ORIGEN (185-254)
Walaupun dia mengalami penganiayaan dan siksaan karena Kristus dalam masa Kaisar Roma Decius pada tahun 250, dan walaupun dia membela Kekristenan melawan penyesatan tertentu, dia menolak iman yang disampaikan kepada orang-orang kudus (Yudas 1:3) dan mengajarkan banyak kesesatan nyata. Origen mendirikan sekolah di Kaisarea dimana dia mengajarkan kesesatannya yang besar melalui murid-muridnya dan tulisannya.
Karakter Origen dijelaskan oleh sejarahwan Lutheran sebagai “campuran pertentangan, bijak dan tidak bijak, cerdas dan bodoh, bijak dan sembrono; musuh dan pendukung tahayul, pembela Kekristenan yang kuat dan penyesat; giat dan ragu-ragu; yang banyak mendukung Alkitab dan banyak merusak.”
Walaupun kita tidak setuju dengan Mosheim bahwa Alkitab berhutang banyak kepada Origen, tetapi tak diragukan dia banyak merusak.
Kita setuju dengan Joseph Milner yang mengatakan “tidak ada yang merusak gereja lebih daripada Origen” (History of the Church of Christ, cited from R.C. Shimeal, The Second Coming of Christ, 1873, p. 15).
Origen “tidak percaya Alkitab sepenuhnya diinspirasi dan tidak ada kesalahan, dia mengatakan bahwa orang yang diinspirasi menafsirkan dan mengaburkan banyak hal” (Discussions of Robert Lewis Dabney, I, p. 383).
Dia menolak sejarah literal pada awal kitab Kejadian dan bahwa Setan membawa Yesus ke atas gunung dan menawarkan kerajaan dunia (Will Durant, The Story of Civilization, Vol. III, p. 614). Durant mengutip Origen: “Siapa yang begitu bodoh percaya bahwa Allah, seperti petani menanam kebun di Eden dan menempatkan pohon kehidupan … sehingga orang yang memakan buahnya mendapatkan kehidupan?” Origen menolak penciptaan literal yang dijelaskan Kejadian 1-2 dan kejatuhan literal di Kejadian 3.
Dia menolak doktrin Tritunggal Alkitabiah. Pendapat Origen mengenai Tritunggal menyimpang antara Sabellianisme dan Arianisme. Dia menolak kesatuan hakekat Pribadi dan inkarnasi Allah” (Dabney, I, p. 384).
Dia percaya bahwa Roh Kudus adalah ciptaan pertama Bapa melalui Anak.
Dia mengajarkan Yesus adalah ciptaan dan bukan Anak Allah yang Kekal. “Dia memegang penyimpangan kodrat Kristus, yang kemudian menghasilkan kesesatan Arianisme (“Origen,” Encyclopedia of Christian Apologetics). Bahwa Origen percaya bahwa Yesus mempunyai permulaan jelas dari kalimat ini: “Kedua, bahwa Yesus Kristus sendiri, yang datang, yang lahr dari Bapa sebelum semua ciptaan; dan setelah pelayanannya kepada Bapa dalam menciptakan segala sesuatu, –karena melalui Dia segala sesuatu diciptakan” (Origen, quoted by W.A. Jurgens, The Faith of the Early Fathers).
Dia mengajarkan bahwa manusia dapat menjadi Ilahi seperti keilahian Yesus. “Kristen melihat bahwa dengan kemanusiaan dan keilahian Yesus terjalin menyatu, begitu pula dalam persekutuan dengan keilahian kodrat manusia dapat menjad ilahi, tidak saja dalam Yesus, tetapi juga dalam semua orang yang percaya dan melakukan kehidupan seperti yang diajarkan Yesus …” (Against Celsus, 3:28). Pernyataan ini sangat sesat dalam tiga hal: dia mengajarkan keilahian Yesus tidak unik tetapi sebagai contoh bagi semua orang, bahwa keselamatan didapatkan dengan mengikuti pengajaran Yesus dan bahwa manusia dapat menjadi ilahi seperti Yesus.
Origen mengajarkan baptisan melahirbarukan dan keselamatan dengan pekerjaan. Setelah itu juga diajarkan bahwa jiwa memiliki hakekat dan kehidupan sendiri, setelah meninggalkan dunia ini akan dikaruniai sesuai dengan amalnya. Jiwa ditetapkan untuk mewarisi hidup kekal dan berkat jika amalnya layak mendapatkan, atau diserahkan kedalam api penghukuman kekal akibat kejahatannya”(Origen, cited by W.A. Jurgens, The Faith of the Early Fathers). “Jelas dia tidak mengerti konsep pengajaran Paulus mengenai pembenaran oleh iman” (Louis Berkhof, The History of Christian Doctrines, p. 65). Ini adalah fakta penting, karena ini berarti injil yang diajarkan Origen adalah injil palsu, dan berarti dia berada dalam kutukan (Galatia 1:6-8).
Dia percaya semacam purgatory dan universalisme (semua orang akhirnya selamat), bahkan Setan pun akan selamat. “Sekarang kita lihat apa yang dimaksudkan dengan ancaman api kekal … ini sepertinya bahwa semua orang berdosa terbakar dalam apinya sendiri dan bukan dilemparkan kedalam api yang sudah dinyalakan sebelumnya atau yang sudah ada sebelum dia. … Dan ketika peleburan dan pemecahan jiwa dilakukan dengan api, tak diragukan akan dipadatkan menjadi rangka yang kuat dan pulih kembali” (Origen, cited by W.A. Jurgens, The Faith of the Early Fathers).
Dia menolak api neraka yang literal.
Dia percaya bahwa jiwa manusia sudah ada dan bahwa bintang dan planet mungkin mempunyai jiwa. “Mengenai matahari, bagaimanapun, dan bulan dan bintang-bintang, apakah mereka makhluk hidup atau tanpa hidup, tidak ada tradisi yang jelas” Origen, cited by W.A. Jurgens, The Faith of the Early Fathers).
Dia menolak kebangkitan tubuh, mengatakan bahwa kebangkitan tubuh adalah non-materi dan tidak mempunyai anggota. “Dia menolak hakekat kebangkitan tubuh yang berwujud, fisik adalah bertentangan dengan pengajaran Alkitab” (Encyclopedia of Christian Apologetics, “Origen”). Dia dikutuk oleh Konsisi Konstantinopel mengenai hal ini.
Origen menolak kesaksian Paulus dalam Kolose 2:16-23 dan hidup sebagai asketik. Dia bahkan mengebiri diri sendiri dalam semangat bodohnya untuk mencapai kekudusan yang lebih tinggi dengan selibat.
Origen juga salah satu bapa utama dalam metode penafsiran alegoris yang membuat Alkitab menjadi hidung lilin yang dibentuk semaunya oleh pembaca. Dia mengatakan bahwa “Alkitab tidak terlalu berguna bagi orang yang memahaminya secara literal.” Dia menganggap maksud literal Alkitab sebagai “roti” dan mendorong muridnya untuk melampaui “anggur” alegoris yang akan memabukkan dan membawa orang ke alam sorgawi. Komentari Origen mengandung banyak khayalan, penuh dengan “perbaikan sesat Alkitab” (Frederick Nolan, Inquiry into the Integrity of the Greek Vulgate, p. 367).
Sedangkan sifat Origen sendiri, dia terbukti tidak jujur dan licik dan penilaiannya berubah-rubah. Sebagai kontroversial, dia sepenuhnya jahat (Discussions of Robert Lewis Dabney, I, p. 383).
EUSEBIUS OF CAESAREA (270-340)
Eusebius mengumpulkan tulisan Origen dan mempromosikan kesesatannya
Konstantin Agung, yang menggabungkan gereja dan negara dalam Kerajaan Romawi dan meletakkan dasar berdirinya Gereja Roma Katolik, menggaji Eusebius untuk menghasilkan Alkitab Perjanjian Baru Yunani. Teks dari Vatikanus dan Sinaitikus yang banyak diagungkan oleh kritikus modern, adalah hasil rekayasa Eusebius. Frederick Nolan dan banyak lainnya melihat Eusebius membuat banyak perubahan pada teks Alkitab.
Banyak versi alkitab modern dengan ayat-ayat yang hilang bisa ditelusuri pada masa ini, termasuk Markus 16:9-20 dan Yohanes 8:1-11. Setelah penyelidikan mendalam, Frederick Nolan menyimpulkan bahwa Eusebius “sengaja menghilangkan ayat tersebut dari versinya” (Nolan, hal. 240). Banyak manuskrip ini juga mengandung tulisan apokrifa (apocryphal, fictitious, spurious, fiktif, palsu) Gembala Hermas dan Surat Barnabas. Origen menganggap kedua tulisan palsu ini sebagai Alkitab (Goodspeed, The Formation of the New Testament, p. 103).
JEROME (Sophronius Eusebius Hieronymus) (340-420)
Jerome dipanggil oleh Damasus, Uskup Roma, untuk membuat Alkitab Latin Standar. Alkitab ini diselesaikan antara tahun 383 dan 405 dan menjadi Alkitab yang digunakan oleh Gereja Roma Katolik. Alkitab ini umumnya disebut Latin Vulgate (artinya umum).
Kritik teks modern Bruce Metzger mengatakan bahwa manuskrip Yunani yang digunakan Jerome “termasuk dalam jenis Alexandrian” (Metzger, The Text of the New Testament, p. 76). Ini berarti sejenis dengan versi modern. Kenyon dan Robinson juga menegaskan hal ini (Kenyon, The Text of the Greek Bible, p. 88; Robinson, Ancient Versions of the English Bible, p. 113).
Ini berarti Latin Vulgate yang dibuat Jerome dan digunakan oleh Roma mewakili jenis tulisan yang sama dengan teks kritik Yunani yang digunakan versi modern. Versi ini seringkali membuang “Allah” dari 1 Timotius 3:16 dan mengandung banyak cacat lainnya.
Jerome sangat terkontaminasi dengan pengajaran sesat:
Jerome sangat terikat dengan kesesatan asketisme, percaya status perawan lebih rohani daripada orang menikah dan menuntut pemimpin gereja untuk tidak menikah. ” … tidak ada pribadi single melakukan banyak hal untuk membuat biara populer dalam tingkat sosial yang lebih tinggi” (James Heron, The Evolution of Latin Christianity, 1919, p. 58). Dia hidup dalam kehidupan terisolasi menentang perintah Alkitab untuk pergi dan memberitakan Injil kepada semua makhluk (Markus 16:15).
Jerome percaya kepada penyembahan relik kudus dan tulang orang Kristen yang sudah meninggal (Heron, pp. 276, 77).
Jerome “memimpin dan mempengaruhi” dalam membuka ‘pintu air’ untuk doa kepada orang kudus, dia mengajarkan bahwa orang kudus di sorga mendengar doa orang di dunia, menjadi perantara mereka dan mengirim bantuan dari atas (Heron, pp. 287, 88).
Jerome mengajarkan Maria adalah pengganti Hawa seperti Kristus pengganti Adam, dan bahwa melalui ketaatannya Maria menjadi alat membantu menyelamatkan umat manusia (Heron, p. 294). Dia mengajarkan Maria sebagai perawan kekal.
Jerome percaya pada berkat “air kudus,” yang menjadi praktek utama dalam Gereja Roma Katolik (Heron, p. 306).
Jerome membenarkan hukuman mati bagi “penyesat” (Heron, p. 323).
Karakter dan roh Jerome dijelaskan sebagai “pemarah dan getir, semangat besar yang tak terkendali, tak toleran dan roh penganiaya dan kepemimpinan yang labil” (Philip Schaff, History of the Christian Church, III, p. 206).
Jerome sangat membenci orang yang taat mengikuti iman Perjanjian Baru yang lugas dan orang yang menolak pengajaran sesat yang dia dan pengikutnya ajarkan. Tulisannya menentang orang-orang ini penuh dengan kebencian, dengan bahasa yang sangat keji. Vigilantius, Jovinian, dan Helvidius adalah beberapa korban cercaannya. Mereka menolak kesalahan tradisi yang ditambahkan oleh pemimpin Roma Katolik permulaan, termasuk baptisan bayi, tuntutan selibat, penyembahan martir dan relik, dan ketakberdosaan Maria dan keperawanan kekalnya. Jerome menumpuk penganiayaan terhadap mereka, menyebut mereka anjing, maniak, monster, keledai, bodoh tolol, keledai berkaki dua, pelahap, hamba iblis, orang giila, “perabot tak berguna yang harus dihancurkan dengan tongkat besi rasuli.” Dia mengatakan Helvedius mempunyai “mulut busuk, penuh dengan segala kebusukan, melawan relik dan abu para martir.” Sejarahwan Baptis Thomas Armitage mengamati, “Pena Jerome menyerang dengan kekejaman kekuasaan tiran dan amarahnya. Bagaimanapun kesalahannya, dia tidak dapat menahan perlawanan” (A History of the Baptists, I, p. 207).
Sangat jelas Jerome menyerap banyak kesesatan pengajaran dan sikap yang akhirnya membangun dogma dan praktek Gereja Roma Katolik.
AMBROSE (339-397)
Ambrose adalah uskup Milan di Itali, dari tahun 3740297. Karena dia terikat pada banyak kesesatan pengajaran awal, tulisannya sangat menarik bagi para Paus dan konsili Katolik. Ambrose sangat dipengaruhi Agustine. Gereja Katolik membuat dia menjadi orang kudus dan soko guru gereja.
Ambrose menggunakan metode penafsiran alegoris-mistis, dipengaruhi oleh Origen dan Philo.
Dia mengajarkan orang Kristen harus berbakti kepada Maria, mendorong kebiaraan dan percaya pada doa kepada orang kudus.
Dia percaya gereja mempunyai kuasa untuk mengampuni dosa.
Dia percaya Perjamuan Tuhan adalah pengorbanan Kristus yang literal.
Dia mengajarkan bahwa keperawanan lebih kudus daripada pernikahan dan jika memungkinkan dia mendorong wanita muda untuk tidak menikah. Kesesatan ini membuka jalan kepada sistem kebiaraan Katolik.
Dia berdoa untuk orang mati.
AUGUSTINE (354-430)
Agustine terkontaminasi dengan banyak kesesatan pengajaran dan ikut membangun dasar Gereja Roma Katolik. Karena itulah Roma sangat menghormati Agustine sebagai salah satu “soko guru gereja.”
Dia adalah penganiaya dan salah satu bapa Inkuisisi Roma. Dia menganjurkan penganiayaan terhadap Donatis yang percaya Alkitab dan berjuang mempertahankan gereja Alkitabiah dan menuntut anggota gereja menunjukkan bukti pertobatan dan lahir baru.
Agustine adalah salah satu bapa a-millenialisme, yang meng-alegoris-kan nubuat dan pengajaran Alkitab bahwa Gereja Katolik adalah Israel baru dan kerajaan Allah.
Dia mengajarkan bahwa baptisan dan Perjamuan Tuhan adalah jalan keselamatan.
Konsili Mela di Numidia tahun 416 yang terdiri dari lima puluh orang dan dipimpin oleh Agustine menyatakan: “Juga, adalah kesenangan uskup bahwa siapapun yang menolak membaptis bayi mereka yang baru lahir atau mengatakan bahwa baptisan untuk pengampunan dosa sendiri, bukan dosa asal dari Adam dan ditebus oleh bejana pembaharuan, adalah TERKUTUK” (Wall, The History of Infant Baptism, I, 265). Augustine mengajarkan bahwa bayi harus dibaptis dan baptisan itu menghapus dosa mereka. Dia menyebut orang yang menolak baptisan bayi “kafir” dan “terkutuk.”
Dia mengajarkan bahwa Maria tidak melalukan dosa dan mempromosikan penyembahan Maria. Dia percaya bahwa Maria mempunyai peran penting dalam keselamatan (Augustine, Sermon 289, cited in Durant, The Story of Civilization, IV, p. 69).
Dia mempromosikan kesesatan mitos purgatory (api penyucian)
Dia menerima pengajaran selibat bagi imam, mendukung dekrit Paus Siricius tahun 387 yang mengharuskan imam yang menikah atau menolak untuk dipisahkan dari isterinya harus ditindak tegas.
Dia meninggikan otoritas gereja diatas Alkitab, mengatakan, “Saya tidak boleh percaya Injil kecuali saya digerakkan oleh otoritas Gereja Katolik” (quoted by John Paul II, Augustineum Hyponensem, Apostolic Letter, Aug. 28, 1986, www.cin.org/jp2.ency/augustin.html).
Dia percaya bahwa penafsiran Alkitab sebenarnya dihasilkan dari deklarasi konsili gereja (Augustin, De Vera Religione, xxiv, p. 45).
Dia menafsirkan Kitab Kejadian secara kiasan (Dave Hunt, “Calvin and Augustine: Two Jonahs Who Sink the Ship,” Debating Calvinism: Five Points, Two Views by Dave Hunt and James White, 2004, p. 230).
Dia mengajarkan kesesatan pemilihan berdaulat, dimana Allah telah menetapkan sebagian untuk selamat dan yang lainnya terkutuk dan kasih Allah tidak dapat ditolak bagi orang pilihan. Dari pengakuannya sendiri, John Kalvin pada abad 16 menurunkan teologi TULIP dari “kedaulatan Allah” Agustine. Kalvin mengatakan: “Jika saya ingin menyusun keseluruhan buku dari Agustine, saya dapat dengan mudah menunjukkan kepada pembaca bahwa saya tidak membutuhkan kata-kata selain kata-kata Agustine” (Calvin, Institutes of the Christian Religion, Book III, chap. 22).
Dia mengajarkan kesesatan suksesi rasuli dari Peter (Dave Hunt, A Woman Rides the Beast, p. 230).
Chrysostom adalah pemimpin di Antiokia, bagian Gereja Katolik Yunani pada masa itu, dan menjadi “kepala rumah” Konstantinopel tahun 398.
Dia percaya pada “kehadiran” missa, bahwa roti benar-benar berubah menjadi Yesus Kristus.
Dia mengajarkan bahwa tradisi gereja mempunyai otoritas setara Alkitab.
CYRIL (376-444)
Cyril adalah “kepala rumah” Aleksandria dan mendukung banyak kesalahan yang membangun Gereja Katolik.
Dia mempromosikan penyembahan Maria dan menyebutkan sebagai Theotokos, atau pembawa Allah.
Tahun 412, Cyril memulai penganiayaan terhadap Kristen Donatis.
PERINGATAN KUASA BAPA GEREJA MEMBAWA KE ROMA
Melihat beberapa kesesatan yang mengkhamirkan “bapa gereja,” tidak mengherankan bahwa pembelajaran tulisan mereka dapat membawa kepada Roma. Kesana mereka semua mengarah! Dan sebagian besar kita baru melihat “bapa gereja” yang sedikit agak baik!
Pada akhir abad 19, JOHN HENRY NEWMAN (1801-90) masuk ke dalam Gereja Roma Katolik melalui pintu bapa gereja. Newman, seorang imam Anglikan dan salah satu pemimpin Gerakan Oxford di Gereja Inggris, adalah salah satu Protestan yang paling terkenal yang masuk Roma. Dia mengatakan bahwa dua faktor perpindahan dia adalah kekagumannya pada bapa gereja dan pembelajaran “orang kudus Inggris,” merujuk kepada mistis Katolik seperti Joan Norwich. Dia masuk Roma pada 1845 dan diangkat menjadi Kardinal oleh Paus Leo XIII pada 1879.
Masa sekarang ini banyak yang mengikuti jejak Newman.
Scott dan Kimberly Hahn, Presbyterian yang bergabung dengan Gereja Roma Katolik juga dipengaruhi oleh bapa gereja. Dalam otobiografi mereka, Rome Sweet Rome, Kimberly ingat bagaimana Scott mempelajari “bapa gereja” ketika dia masih pelayan Presbyterian.
“Scott mendapat banyak wawasan dari bapa gereja, beberapa dia bagikan dalam kotbah. Ini tak terduga bagi kami, karena kami hampir belum pernah membaca mengenai bapa gereja dalam seminari. Kenyataannya, pada tahun belakangan kami mengadu keras kepada teman-teman mengenai penyusupan Roma ketika ditawarkan pengajaran oleh imam Anglikan mengenai bapa gereja. Tapi disini Scott mengutip mereka dalam kotbah1! Suatu malam Scott keluar dari pembelajaran dan mengatakan, ‘Kimberly, saya harus jujur. Saya tidak tahu berapa lama lagi kita menjadi Presbyterian. Kita mungkin menjadi keuskupan'” (Rome Sweet Rome, p. 56).
Kenyataannya, mereka menjadi Katolik Roma dan pengaruh bapa gereja dalam keputusan mereka sangat jelas.
Pada tahun 1985 THOMAS HOWARD kembali menjadi Protestan terkenal yang masuk Roma. Dalam bukunya tahun 1984 Evangelical Is Not Enough Howard mengajak injili untuk mempelajari bapa gereja. Howard adalah profesor di Gordon College selama 15 tahun dan dari keluarga yang sangat injili. Ayahnya, Philip adalah editor Sunday School Times; saudaranya laki-laki David Howard adalah kepala World Evangelical Fellowship; dan saudara perempuannya Elizabeth menikah dengan misionaris terkenal Jim Elliot yang martir dibunuh oleh Auca Indians di Ecuador.
Bapa gereja juga berpengaruh dalam perpindahan PETER KREEFT ke Roma dari denominasi Reform Belanda. Kreeft menjadi apologis Katolik yang berpengaruh, mempelajari bapa gereja selama belajar di Calvin College di Grand Rapids, Michigan. Dia menulis:
“Petualangan saya setengah sukacita ketika saya menemukan dalam gereja awal ada unsur Katolik sebagai pusat Ekaristi, kehadiran benar, doa kepada orang kudus, penyembahan Maria, persatuan yang nyata dan suksesi rasuli. Lebih lanjut, BAPA GEREJA ‘TERCIUM’ LEBIH KATOLIK DARIPADA PROTESTAN, terutama santo Agustine, kegemaran saya dan pahlawan bagi banyak Protestan juga. Terlihat jelas bahwa jika Agustine atau Jerome atau Ignatius Antiokia atau Anthony Gurun, atau Justin Martyr, atau Klemen Aleksandria, atau Athanasius masih hidup sekarang mereka akan menjadi Katolik, bukan Protestan” (“Hauled Aboard the Ark,” http://www.peterkreeft.com/topics/hauled-aboard.htm).
Kreeft sangat benar. Banyak “bapa gereja” memang tercium lebih Katolik daripada Protestan!
Buku Surprise by Truth di edit oleh Patrick Madrid dan The Road to Rome di edit oleh Dwigt Longenecker dan Journeys Home di edit oleh Marcus Grodi mengandung banyak contoh fenomena ini. Salah satu kesaksian SHARON MANN mengatakan,
“Saya mulai membaca baga gereja dan menyadari bahwa apapun yang mereka percayai, mereka bukan Protestan. Tema Katolik membumbui sejarah gereja. Saya tidak dapat menyangkalnya..” (Journeys Home, 1997, p. 88).
Ini pun benar, tentu. Tema Katolik memang membumbui bapa gereja. Apa yang harus dia mengerti sebenarnya adalah bahwa pengajaran mereka tidak benar menurut Alkitab dan mereka sama sekali tidak mempunyai otoritas apapun juga. Apapun mereka, mereka sama sekali bukan contoh teladan apalagi panduan. Mann harus membandingkan mereka dengan Alkitab yang tidak bisa salah dan menolak kesesatan mereka.
Sebaliknya dia membiarkan bapa gereja membawa keingintahuannya mengenai Roma Katolik dan dia berakhir di Missa. Disana dia mendapatkan pengalaman penuh emosi ketika kerumunan orang sujud kepada berhala menyembah hosti yang lewat dalam monstrans. Dia mulai menangis dan lehernya tegang dan dia tidak dapat menelan, dia berkata:
“Jika Tuhan benar Tuhan lewat, maka saya mau memuji dan menyembah Dia, tetapi jika tidak, saya takut menjadi penyembah berhala. Akhir minggu itu meninggalkan bekas pada hati saya dan saya kehabisan argumentasi untuk tetap sebagai Protestan. Hati saya rindu menjadi Katolik dan memperbaiki persatuan dengan semua Kekristenan” (Journeys Home, p. 89).
Ketika dia mengatakan Tuhan lewat, dia menunjuk kepada kesesatan pengajaran Katolik bahwa hosti Missa menjadi tubuh dan darah Yesus sebenarnya ketika diberkati oleh imam dan kemudian disembah sebagai Yesus sendiri. Setelah Missa hosti diletakkan pada kotak yang disebut tabernakel dan orang Katolik berdoa kepadanya. Hosti itu adalah yesusnya Katolik.
Roger Oakland menjelaskan pengalaman dia di Roma pada festival Corpus Christi ketika Paus Benedict XVI menyembah di Major Mary basilica:
“Akhirnya, setelah hampir tiga jam berdiri dan menunggu, paus dan pengiringnya tiba. Paus membawa ekaristi yesusnya dalam monstrans. Sebelumnya pada missa di Santo Petrus, ekaristi yesusnya ini dibuat dari wafer yang dikuduskan. Kemudian disebut yesusnya ini dipindahkan ke Santo Yohanes untuk upacara berikutnya. Akhirnya, puncaknya, paus memindahkan yesusnya ini ke Major Church of Mary. Paus mengambil monstrans menaiki tangga gereja dan memperlihatkan yesusnya ini kepada orang banyak. Kemudian yesusnya ini diletakkan pada altar yang sementara ditinggikan diatas tangga. Kemudian karninal membuka kaca monstrans dan mengambil wafer atau yesusnya itu dan segera menempatkan yesusnya itu dalam tabernakel. Pengalaman ini membuat saya sadar betapa ini sungguh menyesatkan” (Faith Undone, p. 126).
Bunda Teresa memberi contoh ini. Dia mengatakan bahwa Kristus dia adalah wafer missa. Pertimbangkan kutipan ini dari pidatonya dalam acara Worldwide Retreat for Priests, October 1984, in Vatican City:
“Saya ingat beberapa tahun lalu ketika presiden Yeman meminta kami mengirimkan beberapa suster ke negaranya. Saya katakan ini sulit karena untuk banyak tahun di Yemen tidak boleh missa, dan tidak ada yang diijinkan menjadi imam. Saya jelaskan bahwa saya mau memberikan suster, tetapi masalahnya adalah tanpa imam dan tanpa yesusnya itu bersama mereka, suster kami tidak bisa kemana-mana. Sepertinya presiden Yemen berkonsultasi dan kemudian menjawab kami, “Ya, kamu boleh mengirimkan imam bersama dengan suster!” Saya berpikir bahwa HANYA DENGAN ADANYA IMAM DISANA KAMI BISA ADA ALTAR DAN TABERNAKEL KAMI DAN YESUS KAMI. HANYA IMAM YANG DAPAT MELETAKKAN YESUS KAMI DISANA” (Mother Teresa, cited in Be Holy: God’s First Call to Priests Today, edited by Tom Forrest, C.Ss.R., 1987, p. 109).
“Satu hari dia (seorang gadis yang bekerja di Kalkuta) datang merangkul saya dan mengatakan, ‘saya menemukan yesus.’ … ‘Dan apakah yang kamu lakukan ketika kamu menemukan dia?’ saya tanyakan. Dia menjawab bahwa setelah 15 tahun akhirnya dia melakukan pengakuan dosa dan menerima komuni kudus dari tangan seorang imam. Mukanya berubah dan dia tersenyum. Dia menjadi orang yang berbeda karena IMAM ITU MEMBERIKAN DIA YESUS“(Mother Teresa, Be Holy, p. 74).
Sungguh kebutaan rohani untuk berpikir bahwa Tuhan Yesus Kristus dapat disembah dengan benar dalam bentuk sekeping roti!
Seorang yang baru menjadi katolk, Francis Beckwith, bekas presiden Evangelical Theological Society. Pada Mei 2007 dia mengundurkan diri dari organisasi ini. Perjalanannya ke Roma tercetus dari membaca tentang bapa gereja. Dia mengatakan, “Pada Januari, atas saran seorang teman, saya mulai membaca tentang bapa gereja dan beberapa bacaan mengenai pembenaran oleh pengarang Katolik. Saya diyakinkan bahwa bapa gereja adalah lebih katolik daripada Protestan…” (“Evangelical Theological Society President Converts,” The Berean Call, May 7, 2007).
Sekali lagi, dia benar bahwa bapa gereja sangat seperti katolik, tetapi ini tidak membuktikan apapun. Kebenaran tidak ditemukan dalam bapa gereja, tetapi hanya dalam Alkitab saja.
Ini adalah peringatan keras kepada orang yang ingin mendengar kebenaran. Kita tidak perlu belajar bapa gereja. Kita perlu memastikan bahwa kita sudah dilahirbarukan dan mempunyai Roh Kudus dalam hati sebagai guru (1 Yohanes 2:27), kemudian kita perlu mempelajari Alkitab dengan rajin dan berjalan dekat dengan Kristus dan berdiri teguh dalam kebenaran agar tidak tersesat oleh tipu muslihat iblis dan diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran kesesatan yang bertiup pada masa kita.
Pada 13 September 2020, Mark Galli, bekas gembala Presbyterian dan tujuh tahun kepala editor Christianity Today, diterima dalam Gereja Roma Katolik. Dalam wawancara dengan Tod Worner, editor publikasi Roma Katolik Evangelization and Culture, jurnal Word on Fire Institute, Galli menjelaskan beberapa alasan perpindahannya. Antara lain berhubungan dengan membaca tulisan Francis Assisi, Henry John Newman, Robert Barton, John Paul II, Santa Teresa Aviila, dsb. melakukan doa kontemplatif katolik dan mempelajari bapa gereja. Juga berhubungan dengan teolog liberal seperti Karl Barth. Galli mengatakan, “Diantara banyak titik balik kunci, salah satu terjadi ketika saya menyunting majalah Christian History mengenai Francis Assisi. Tentu saja kehidupan penyangkalan diri dan gairah dengan yesus sungguh mengesankan saya. Pada saat yang sama, malamnya saya membaca surat John Paul II The Splendor of Truth. … Saya mencoba-coba dalam mistis kristen untuk beberapa waktu, kemudian ortodoks timur, lalu teologi kasih radikal yang dinyatakan penulis Lutheran tertentu dan teolog Karl Barth. … Tentu saja tradisi mistis katolik yang paling mengesankan, khususnya terlihat di Santa Teresa Avila dan Santo Yohanes Salib, dan yang lainnya. … Banyak hal menjadi semakin jelas, saya mendengarkan buku audio Robert Barron mengenai katolik, dua kali. … Saya terisak. Saya sedang mengendarai ketika mendengarkan, tetapi saya harus minggir ukarena saya tidak bisa melihat lurus. Itulah titik saya berpindah dalam hati dan saya tahu saya harus mempersiapkan perpindahan” (“Why Mark Galli Decided to Become Catholic,” Word on Fire Institute, Sept. 10, 2020).
Galli mencoba-coba dengan kesesatan adalah peringatan keras bagi yang mendengar.
1 Korintus 15:33 Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik.
Efesus 4:14 sehingga kita bukan lagi anak-anak, yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan,
Short Link:
Pendapat Anda: